Inilah partisipasi rakyat dalam demokrasi Indonesia. Ajang pemilihan untuk jabatan nomor satu di daerah.
Sang pemimpin tidak sekadar menjabat. Di sana ada kekuasaan. Kekuasaan yang terang-terangan ditampilkan di hadapan masyarakat, maupun yang tersembunyi selama lima tahun ke depan.
Lima tahun tidak untuk pemimpin kekuasaan administratif yang berandai masuk jam 7 pulang jam 4 sore, selesaikan target, tanda-tangan, terima gaji, pulang. Itu bukan juga kekuasaan balas budi, yang bekerja seolah untuk rakyat, tetapi nyatanya terdorong rasa balas budi terhadap pendukung dan penyumbang dana kampanye.
Kekuasaan itu menentukan semuanya: guru, pekerja, petani, buruh, pelaku UMKM, seniman, olahragawan, tukang ledeng, tukang pijat, rohaniawan, satpam, pengangguran, penjual telur, penjual pakaian, dan sebagainya, dan sebagainya.
Tahun ini, pelaksanaan Pilkada serentak terasa istimewa, berlangsung di musim pandemi Covid-19. Lupakan kekesalan dan spekulasi mengapa pesta demokrasi ini harus dilaksanakan sekarang.Â