Kau berjalan menantang,
Diantara terjangan sang penguasa siang,
Tak kau hiraukan perih kaki yg menapaki,
Tak perduli perih hati meliliti,
Tak perduli rintihan perutmu yg tak berpenghuni sedari pagi,
Kau terus berjalan,
Mencari setitik asa,
Berharap,
Sesuatu yg dapat mengganjal di antara perih yg kian menghadang..
Langkahmu tak memudar,
Asa itu tetap kau pertahankan,
Diantara tumpukan-tumpukan,
Kau terus berjuang dan bertahan,
mencari dan terus mencari,
Hingga mampu menjadi setumpuk nasi..
Sayatan-sayatan hari,
Sungguh pedih,
Begitu perih,
Inilah realiti,
Yang harus kau hadapi,
Untuk terus bertahan,
Diantara....
Berjuang hidup atau terkapar mati..