Seperti robot dia menyeret koper ukuran kabin dan duduk bersandar di ruang tunggu, di sebuah peron stasiun kereta api terbesar di kota. Pikiran dan hatinya kosong, tatapan matanya kosong dan berkilat oleh airmata yang sepanjang jalan tak henti-hentinya menetes dari pelupuk matanya dan dia berusaha mengerjapkan matanya, saat pandangannya kabur oleh derai airmata yang tidak bersahabat untuk disuruh berhenti.
KEMBALI KE ARTIKEL