mengalun dari corong flat eternit
: senandung light-jazzy bagai ponten berair jernih
ia terus masuk dalam ponor
menggema riang
dalam derap high heels di lantai mal
Rindu bukan sejarak farsakh
dan ia adalah nirfasakh
: tiba-tiba ia sudah menelikung
dan mematikan aku dalam mati
Dara,
mohon, jangan tutup pintu hatimu
sebab cinta merangkumku dalam kebutaan
dan tak memberiku kesempatan untuk berpikir
: engkau masih kanak-kanak!
RAN mengajakku berlari,
berlari mengejar cinta
berani mengungkap cinta
sebab tiap dusta
: terasa sakit bagai pedang yang merancap!
Ini fenologi, Cinta
setiap birama ia meranggas
dalam padang penuh bunga
dalam malam bersinar kunang-kunang
bagai lelampu yang menari
pada deru kosmopolit
Asmara kian menggedang
bagai geleta yang menyambut serindu asa
: haruskah aku jujur mengungkap
cintaku jatuh pada kanak-kanak?
RAN masih bersenandung
mal masih dikitari seribu wajah bertopeng
: di sini aku melarung rasa
cinta tak pernah salah
ia hanya hadir pada saat yang salah....