Jakarta, memang barangkali juga merupakan ruang pertarungan gagasan, harapan dan keputusasaan tanpa kesimpulan akhir. Sebagai
teks pun, ia tetaplah multitafsir. Tapi
de facto, ia lebih pas jika kini dilihat dari
konteks, situasi real hari ini. Ya, Jakarta memang ruang di mana benci, simpati dan prasangka melebur dan menjelma sungai dari sumber yang tak jelas asal-usulnya. Jangan-jangan dari kebencian itu sendiri.
KEMBALI KE ARTIKEL