Mata Bambang tampak merah menahan kantuk. Di tangan kanan dan kirinya terjinjing kardus besar. Dengan langkah terhuyung-huyung karena menopang sebuah tas punggung, Bambang mencoba berlari mengejar bus Mayasari tujuan Kota. Pindah kost lagi. Benar-benar membuat Bambang pusing siang ini, badan capek, membawa barang banyak dan ketika sudah jalan, macet dan macet lagi. Bambang berteriak sekeras-kerasnya dalam hati, dongkol, marah, semua menjadi satu. Jam delapan malam, Bambang harus sudah sampai di diskotek tempatnya bekerja bila tidak maka gajinya akan dipotong Rp 2.000,- per menitnya. Kenapa sekarang pengguna jalan di Jakarta semakin terasa mengjengkelkan bagi Bambang.
KEMBALI KE ARTIKEL