Hari ini relasi yang ingin dibangun antara murid dan guru adalah relasi setara. Relasi yang tidak menginginkan adanya pemaksaan tafsir tunggal dari suatu hal. Tafsir kebenaran dalam hal pengetahuan. Hal ini dalam pandangan guru tradisional menimbulkan hilangnya rasa hormat dan segan dari murid. Kekhawatiran ini terbantahkan ketika guru memposisikan diri sebagai fasilitator dengan muridnya. Ini diadopsi oleh beberapa sekolah yang sudah mulai jengah dengan sekolah-sekolah formal kita. Sanggar Anak Alam (SALAM) Bantul, Qoriyyah Tayyibah Salatiga, dan SD Kanisius Mangunan Kalasan adalah beberapa contoh di antaranya.Mereka menghargai potensi-potensi dari setiap muridnya, berbeda dari sekolah formal yang secara pemikiran dan sikap ingin diseragamkan tanpa adanya kebebasan.