Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Kondisi Bangsa Sudah Memprihatinkan

4 Desember 2014   00:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:07 335 1
Harus kita sadari bersama bangsa dan negara kita sedang mengalami permasalah dengan kompleksitas yang sangat tinggi. Dari berbagai macam aspek penyokong kemandirian sebuah bangsa yang ada, mulai dari ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum, pangan, pendidikan dan teknologi bangsa ini hampir lemah disetiap lini.
Mulai dari era Presiden Soekarno sampai Susilo Bambang Yudhoyono pasti memiliki permasalahan dan pencapaiannya masing-masing, namun dapat dipastikan tidak ada peningkatan yang signifikan dari kebijakan yang dibuat pemerintahan yang berkuasa pada masanya. Sepertinya pada masa pemerintahan sekarangpun juga demikian, malah kemungkinan akan lebih banyak konflik pada Lembaga Legislatif dan Eksekutif dari pada program kerja yang terlaksana. Memang tidak mudah mengatur negara sebesar ini, saya yakin semuanya akan berpikir demikian begitu pula pembaca yang saya hormati.
Dari permasalahan para pejabat yang sudah ada, seperti konflik kepentingan antar golongan, korupsi dan permasalahan etis lainnya. Terlihat jelas masyarakatpun sepertinya juga tidak mau kalah terhadap para elit yang berkonflik, maka timbulah konflik selain pada bidang politik dan kenyataannya memang sudah dianggap biasa, bahkan tindakan-tindakan anarkis mungkin juga dianggap biasa. Apakah hal-hal semacam itu bisa dianggap benar ? Bisa dianggap baik ? Bisa dianggap indah ? Menurut saya tidak. Banyak sekali contoh konflik-konflik ditataran masyarakat baik secara oknum maupun institusi yang tidak penting dan harusnya dapat kita hindari untuk tidak memicu perpecahan di kalangan masyarakat karena hal itu pasti dapat menghambat pertumbuhan negara. Kita pasti sudah pernah dengar ormas NU dan Muhammadiyah, dari kondisi didaerah saya dan cerita dari beberapa kawan yang berbeda daerah dengan saya (lingkup Jatim) yang dipertemukan sewaktu diskusi selepas kuliah ternyata ada hipotesa awal yang sama mengenai kedua ormas, bahwa kedua ormas ini memang semacam tidak akur. Ada beberapa penyebab seperti masalah bid'ah, madzab, definisi ASWAJA, fiqih, syariah, bahkan masalah hisab dan rukyah. Bukankah ajaran Islam salah satunya mengenai Ukhuwah Islamiyah, lantas apakah mereka sudah mempraktikannya? Apakah kedua pendiri NU dan Muhammadiyah menyuruh untuk saling bermusuhan? Padahal NU dan Muhammadiyah pernah bersatu di Masyumi. Apakah Tuhan,Rosul dan Kitab yang sama belum cukup untuk menciptakan perdamaian dan persatuan? Ini sebenarnya permasalahan yang sudah selesai lebih dari setengah abad yang lalu, tapi ternyata masih subur hingga sekarang. Begitu pula dengan konflik antar agama, terutama Islam dan Kristen. Beberapa waktu lalu masih terdengar kabar penyegelan rumah ibadah dan perang antar warga yang mengatas namakan agama. Pada masa perjuangan kemerdekaan bukan hanya beda agama, bahkan beda ideologi dan ras, tapi bangsa Indonesia tidak melihat itu tapi bangsa Indonesia melihat masa depan yang cerah setelah mencapai kemerdekaan, hal itu yang membuat bangsa ini bersatu dan mampu mengusir penjajah.
Akankah nenek moyang kita tenang di alam kubur dengan kondisi bangsa seperti sekarang? Kita sudah lupa akan penjajahan yang baru saja kita alami dan seakan memandang pembangunan negara dengan cukup santai . Dalam mengisi masa pasca kemerdekaan sama pentingnya persatuan bangsa itu, kita memasuki masa pembangunan bangsa dan negara baik secara fisik maupun kepribadian, oleh karna itu persatuan tetap menjadi syarat utama keberhasilan pembangunan Bangsa dan Negara Indonesia. Sudah cukup banyak contoh yang diberikan nenek moyang kita untuk bersatu mencapai tujuan. Mari tumbuhkan sikap toleran,egaliter dan demokratis untuk optimalisasi pembangunan Bangsa dan Negara Indonesia.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun