Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Saat Bencana Merenggut Segalanya

7 November 2010   04:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:47 159 6
[caption id="attachment_317560" align="aligncenter" width="253" caption="Ilustrasi dari bennyantoni.blogspot.com"][/caption] Arsan masih saja menangis di pangkuan Muti. Tak seperti biasanya balita yang belum genap berumur satu tahun itu tak mau lepas dari pangkuan ibunya. "Cup..cup.. Arsan jangan nangis terus ya.. sudah malam sayang cepat tidur.." Dengan sabar Muti menenangkan anaknya. "Mamak belum tidur ?" Ujar Muti saat melihat ibunya masih saja sibuk menggoreng kerupuk ikan di dapur. "Kau tak perlu khawatir Muti, bukankah besok kerupuk-kerupuk ini harus kau jual ke pasar,jadi kau tidur saja dulu, mamak belum ngantuk" Mamak tersenyum, diwajahnya tersirat rasa lelah yang tak dapat ia sembunyikan. "Mamak jangan terlalu capek, biar Muti saja yang mengerjakannya Mak" Kata muti, dipangkuannya Arsan mulai tertidur. "Sudah tak apa-apa.. kau tidur saja sana!" ujar Mamak bersikeras. Andai saja suaminya mengiriminya uang dari perantauan seperti bulan-bulan sebelumnya, mungkin Muti dan ibunya tak perlu bersusah payah mencari uang, namun selama dua bulan belakangan ini Rusdi suaminya belum mengirimkan uang sepeserpun, jangankan mengirimkan uang, bahkan selama sebulan ini Muti belum menerima kabar apapun dari suaminya. "Bang... Apakah abang baik-baik saja?" Muti menghela nafas, ada rasa rindu yang luar biasa bergejolak di dadanya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun