Pada zamannya itu, praktek-praktek imperialisme dan kolonialisme ini adalah hal yang umum dan lumrah. Pada masa itu siapapun atau bangsa manapun bisa dibilang boleh-boleh saja untuk menjajah dan menduduki bangsa lainnya. Tidak ada hukum yang melarang satu bangsa untuk melakukan penjajahan terhadap bangsa lain pada masa itu. Dan bahkan pada zamannya, perang dan penaklukan terhadap bangsa lain dipandang sebagai sebuah kebanggaan. Kebesaran dan keagungan sebuah bangsa pada masa itu sangat ditentukan dari seberapa banyak bangsa-bangsa yang dapat ditaklukannya. Karenanya setiap bangsa berlomba-lomba untuk membangun dan untuk menjadi imperium yang terbesar. Pada masa itu, benar-benar tidak ada hak kemerdekaan atas sebuah bangsa. Hukum yang berlaku antar bangsa-banga adalah “Siapa yang kuat dia yang menang”. Bangsa-bangsa yang kecil dan lemah hanyalah akan menjadi bangsa yang akan ditindas dan dimangsa oleh bangsa yang besar dan kuat. Sama sekali tidak ada hukum yang bisa menjadi jaminan keamanan bagi suatu bangsa pun pada masa itu. Satu-satunya jalan untuk menjadi bangsa yang aman adalah dengan menjadi bangsa yang sebesar dan sekuat mungkin. Menjadi bangsa yang mendominasi. Karenanya tidaklah aneh jika kita mendapati dalam sejarah masa lalu bangsa manapun yang ada di muka bumi ini hari ini pastilah perang menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah tersebut. Bahkan di dalam kitab-kitab suci tiap-tiap agama pun kita akan mendapati kisah-kisah peperangan padanya. Perang memang pernah menjadi bagian yang nyaris tidak pernah abstain dalam sejarah peradaban umat manusia. Hingga hari ini tidak terhitung sudah banyaknya perang yang pernah terjadi di muka bumi ini. Dan tidak terhitung sudah banyaknya manusia yang tewas lantaran dibunuh oleh manusia lainnya.
Bangsa Indonesia dengan tegas mengatakan bahwa imperialisme dan kolonialisme ini harus dihapuskan dari atas dunia ini karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Tentu bukanlah tanpa alasan bangsa Indonesia mengatakan hal itu. Bangsa indonesia adalah bangsa yang menyaksikan dan merasakan langsung bagaimana tidak adil dan tidak manusiawinya penjajahan itu. Lebih dari 350 tahun bangsa Indonesia mengalami kekejaman penindasan dan penjajahan dari bangsa lain. Rayatnya diperbudak, kekayaannya dirampas, martabatnya direndahkan, hak-haknya diinjak-injak serta berbagai bentuk kekejaman lainnya pernah dialami oleh bangsa ini. Penjajahan benar-benar telah menyengsarakan jutaan rakyat Indonesia selama berabad-abad dan menempatkan rakyat Indonesia dalam penderitaan yang teramat panjang. Dan pada masanya itu, hal yang demikian ini tidaklah hanya terjadi kepada bangsa Indonesia saja. Ini juga terjadi terhadap banyak bangsa di dunia ini. Panjangnya zaman imperialisme dan kolonialisme memang benar-benar telah menyebabkan nyaris tidak adalah satu bangsa pun yang tidak pernah mengalami kejamnya penjajahan. Menurut studi-studi yang pernah dilakukan, dari 200 lebih negara atau bangsa yang ada di dunia ini, kurang lebihnya hanya terdapat 9 negara atau bangsa saja yang tidak pernah dijajah oleh bangsa lain. Dan zaman imperialisme dan kolonialisme juga telah menorehkan catatan daftar bangsa-bangsa penjajah atau imperialis yang jumlahnya juga tidaklah sedikit. Ada puluhan bangsa yang tercatat pernah berdiri sebagai imperium besar. Dan Britania Raya atau Inggris tercatat sebagai imperium terbesar yang pernah ada di muka bumi ini. Dimana menurut sebuah studi yang pernah dilakukan tersebut, diketahui bahwa 90% bangsa yang ada di muka bumi ini pernah mengalami penjajahan oleh Inggris. Salah satu jejak yang masih tertinggal dengan nyata sebagai bukti betapa merajalelanya Inggris menjajah berbagai bangsa di dunia ini adalah bahasa Inggris hari ini menjadi bahasa kedua yang dipakai diberbagai bangsa. Namun walau demikian, Inggris pun termasuk salah satu bangsa yang pernah mengalami penjajahan dan pendudukan oleh bangsa lain. Salah satu bangsa yang pernah menjajah bangsa Inggris adalah bangsa Romawi. Bangsa Romawi pernah menjajah dan menduduki Inggris hampir 4 abad lamanya.
Ada banyak motif memang yang melatar-belakangi tindakan imperialisme atau kolonialisme suatu bangsa. Namun berbagai motif yang ada tersebut dapatlah kita kelompokan menjadi dua bagian. Yang pertama adalah yang berlatar belakang penyebaran sebuah paham atau keyakinan dan yang kedua adalah yang berlatar belakang penguasaan sumber daya atau kekayaan. Imperialisme yang berlatar belakang penguasaan sumber daya atau kekayaan ini dapatlah dipastikan umumnya akan berlangsung kejam dan hanya menyisakan penderitaan bagi bangsa yang terjajah. Sedangkan imperialisme yang berlatar belakang penyebaran sebuah paham atau keyakinan ini sangat dipengaruhi oleh seperti apa paham dan keyakinan yang dibawa tersebut. Agama-agama yang kita kenal hari ini juga tidaklah lepas dari praktek imperialisme dalam penyebaran paham dan keyakinan yang dimilikinya. Tidaklah kita pungkiri memang bahwa tidak sedikit tindakan imperialisme yang dilakukan oleh sebuah agama atau atas nama agama yang kemudian membawa kebaikan dan kemaslahatan bagi bangsa yang ditaklukan olehnya. Namun tidak sedikit juga catatan sejarah yang mencatat kekejaman imperialisme yang dilakukan oleh sebuah agama atau atas nama agama itu. Terlepas dari apapun motif dan alasan yang melatar-belakangi praktek imperialisme, cukuplah sudah umat manusia menyaksikan sendiri bahwa hal tesebut merupakan sebuah tindakan yang tidak beradab. Umat manusia haruslah bisa segara melepaskan diri secara total dari budaya imperialisme dan kolonialisme tersebut. Cara-cara yang demikian itu jelas bukanlah cara yang sesuai untuk manusia. Manusia haruslah mampu mengembangkan budaya hidup yang humanis dan beradab.