Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Ujian Memprihatinkan Akibat Banjir Lahar Dingin

9 April 2011   18:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:58 192 2
Bencana banjir lahar dingin Merapi yang masih terjadi di sebagian wilayah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, sangat mengganggu persiapan pelaksanaan Ujian Nasional (UN). Sehingga pelaksanaan ujian akhir sekolah di beberapa daerah di Kabupaten Magelang tersebut, berbeda dengan tahun lalu, terutama di kawasan bencana banjir lahar dingin di sekitar aliran sungai yang berhulu di Gunung Merapi. Suasana belajar dan ujian akan sangat tidak nyaman. Para siswa Sekolah Dasar (SD) di daerah tersebut kebanyakan masih tinggal di pengungsian karena rumahnya berada di kawasan bencana banjir lahar dingin. Bahkan, ada di antara mereka kini tak lagi mempunyai tempat tinggal karena rumahnya hanyut diterjang banjir lahar. Beberapa wilayah yang menjadi korban banjir lahar dingin itu antara lain Kecamatan Srumbung, Salam, Ngluwar, Mungkid, Muntilan, dan Sawangan. SD Negeri Sirahan 01, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang adalah salah satu korban banjir lahar dingin. Gedung sekolah ini hanya berjarak sekitar 300 meter dari aliran Sungai Putih, kondisinya cukup memprihatinkan karena terendam material lahar dingin berupa batu dan pasir setinggi 1 meter hingga 2 meter. Beberapa kali tanggul Sungai Putih di dusun tersebut jebol dan mengakibatkan puluhan rumah, termasuk gedung SD Sirahan 1, terendam material. Mengingat bahaya banjir lahar masih mengancam, warga pun mengungsi di beberapa tempat pengungsian. Gedung SD tersebut akhirnya dikosongkan dan tidak digunakan lagi untuk kegiatan belajar-mengajar. Dengan kondisi sekolah seperti itu, 10 siswa kelas VI SD Sirahan 01 terpaksa mengikuti ujian sekolah yang berlangsung (pada tanggal 4 s/d 8 April 2011) di sebuah rumah penduduk. Mereka melakukan ujian sekolah di rumah milik Ny Endang di Dusun Purwosari, Desa Sirahan, yang berjarak sekitar 500 meter dari sekolah yang relatif aman dari jangkauan banjir lahar dingin. Meskipun para siswa mengerjakan soal ujian di rumah berlantai keramik dengan fasilitas meja dan kursi seperti di sekolah, mereka mengaku kurang nyaman. Linda Nurul Alifa, seprang siswa yang kini mengungsi di Balai Desa Tersan Gede, mengatakan, dalam mengerjakan soal ujian merasa kurang konsentrasi. Menurut dia, situasi belajar lebih nyaman di sekolah meskipun sebelumnya para siswa telah mengikuti kegiatan belajar-mengajar di rumah tersebut sejak Januari 2011 sejak sekolahnya diterjang banjir lahar dingin. Ia mengaku kurang maksimal mempersiapkan diri menghadapi ujian. Saat mengikuti pembelajaran di rumah penduduk dan ia juga merasa sulit memahami penjelasan guru, apalagi dalam kondisi pengungsian yang tidak nyaman untuk belajar. Siswa lainnya, Wahyu Anggraeni, juga mengungsi di TPA Tanjung, Muntilan. Ia mengaku susah untuk belajar di pengungsian, terutama pada malam hari. Kondisi pengungsian penuh dan berisik, serta panas sehingga sulit berkonsentrasi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun