Semua itu beralasan, alasan kuat untuk hal ini adalah bagaimana mungkin sekarang yang sudah tumbang ataukah yang memang dari kalangan tak berada bisa maju dan bertengger di kancah perputaran roda ekonomi yang kian buasnya? Mereka dengan segala kekurangannya, termasuk urusan motivasi dan psikologis, sangat sulit untuk membanting setir, melihat segala peristiwa, pengalaman sebagai sebuah pelajaran penting untuk kedepannya. Mereka akan sulit untuk berfikir secara kontroversial, bagaimana mudahnya mereka jatuh,memunculkan kata-kata mutiara kontroversial, "bagaimana saya bisa bangkit, semudah saya tumbang."
Mungkin bisa dibilang sudah suatu hukum, dimana seorang yang sudah miskin akan sulit untuk kaya, karena untuk memulai sebuah usaha , memajukan usaha, mengembangkan usaha, mereka harus berbekal pendidikan yang kuat,keuangan yang mapan, dan daya saing yang kuat, tentunya diluar factor x, nasib.
Untuk bekerja di suatu perusahaan, merekapun tak akan mampu mendapatkan pekerjaan dengan iming-iming gaji yang lebih besar dan menjanjikan, karena mereka mempunyai tingkat pendidikan yang tidak memadai. Satu-satunya cara adalah dengan mendirikan usaha sendiri. Tapi bagaimana caranya? Untuk meminjam modal usaha, orang harus mempunyai kekayaan terlebih dahulu. Orang yang ingin meminjam uang, harus punya jaminan terhadap hutangnya kelak. Jika orang miskin bagaimana bisa dia mendapatkan hal itu? Di satu sisi memang ini adalah suatu teori pasti Ekonomi. Dimana ini sebuah tindakan preventif suatu perusahaan/badan tempat meminjam modal dalam penanganan hutang-piutang.
Bisa dipastikan, masyarakat Indonesia akan terbagi dalam 2 kelompok besar, lebih kepada system monarki, dimana rakyat kecil adalah budak modern dan kaum kapitalis, konglomerat dan lain sebagainya adalah Raja di puncak tangga perekonomian, adakah solusi untuk masalah seperti ini? Dimana rakyat kecil agar bisa meng-uangkan kemampuannya tanpa harus terus menjadi budak modern?mustahil
Satu kata penutup,Nasib