Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Chaseiro, 'Band Kampus' Kembali ke Kampus

18 Maret 2012   01:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:53 964 0
.. pemuda ke mana langkahmu menuju // apa yang membuat engkau ragu //.... pemuda mengapa wajahmu tersirat // dengan pena yang bertinta belang // cerminan tindakan akan perpecahan // bersihkanlah nodamu semua..// Ada yang ingat penggalan bait syair di atas? Atau bahkan bisa melantunkannya? Percaya atau tidak, tingkat pengenalan kita terhadap petikan syair di atas akan menunjukkan pada kohor (kelompok usia) mana kita berada. Kelompok umur 40 tahun ke atas mungkin tidak hanya tahu, tapi juga bisa melantunkannya. Kelompok umur 30-40 tahun mungkin hanya tahu, atau pernah tahu. Kelompok umur di bawah 30 tahun mungkin banyak yang tidak tahu. Setidaknya, kata teman saya begitu.. Ya, itu adalah bagian syair sebuah lagi yang cukup terkenal di tahun 1980an berjudul "Pemuda" yang dilantunkan oleh sebuah grup musik (benar-benar grup musik, bukan boyband yang kembali marak belakangan ini) yang berakar di kampus, khususnya Universitas Indonesia. Chaseiro sendiri merupakan sebuah nama yang mencerminkan kecerdasan penggagasnya. Singkat, mudah diingat, terkesan classy, dan punya makna, alias tidak sekedar nama. Chaseiro merupakan akronim para punggawa grup musik tersebut, yaitu: Candra (Darusman), Helmi (Indrakesuma), ASwin Sastrowardoyo, Edwin (Hudioro), Irwan (Indrakesuma), Rizali (Indrakesuma) dan Omen (Norman S). Aswin agak lebih  'beruntung' dibanding yang lain, karena ada dua huruf dari namanya yang diambil, tapi tak apalah.. Sekedar tambahan, setelah Chaseiro vakum, Rizali dan Omen aktif di OM PSP alias Orkes Moral Pancaran Sinar Petromaks, yang juga merupakan grup musik yang tak jauh-jauh asalnya dari Kampus UI. Mereka merupakan generasi yang patut menjadi contoh, sekolahnya bener (sekedar ilustrasi: Aswin akhirnya menjadi dokter, Rizali jadi diplomat, Omen sempat menjadi anggota DPR, Candra menjadi aktivis hak cipta di lembaga yang dibentuk PBB), kegiatan di luar sekolahnya juga asik punya. Salah satu yang bisa dibandingkan dengan mereka, dalam konteks ini, adalah Tompi. Untuk generasi muda yang seringkali menganggap kegiatan "ekstra kurikuler" dan akademis merupakan pilihan (dengan mengorbankan salah satunya), mereka bisa berkaca pada Chaseiro. Dari sudut pandang ini, Chaseiro sangat legitimate untuk menulis dan membawakan "Pemuda", sebuah lagu yang sangat menggugah tanpa harus "heroik dan berapi-api". Menurut penilaian saya pribadi, lagu ini -- atau tepatnya: lagu-lagu seperti ini-- bahkan lebih berpengaruh ketimbang slogan-slogan yang berhamburan melalui mulut para pejabat, di layar kaca, atau yang tertulis melalui spanduk-spanduk yang tak enak dipandang. Tidak banyak lagu yang ke-dalem-annya patut diberi bobot minimal sama dengan "Pemuda"-nya Chaseiro.  Di antara yang tidak banyak itu adalah "Gebyar-Gebyar"-nya Gombloh dan "Bendera"-nya Eross yang dibawakan oleh Cokelat. Kemarin (Sabtu, 17 Maret 2012) Chaseiro kembali ke kampus. Mereka menggelar pertunjukan bertajuk "Chaseiro Back to Campus" di auditorium FEUI. Saya mendengar rencana itu sekitar empat hari lalu, dan segera mencari informasi tentang tiket masuk. Tak disangka, tiket (undangan) ternyata bisa diperoleh dengan cuma-cuma, alias gratis. Benar kata orang bijak: Kalau sudah rejeki, tak kan  lari ke mana.. Konser (mini) dimulai jam 17.00, satu jam lebih lambat daripada yang dijadwalkan. Mereka datang dengan personel lengkap, plus dua additonal player (untuk bass dan perkusi).

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun