Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

5 Langkah Sederhana Menjadi Bahagia

25 Agustus 2012   20:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:19 374 4
Kemarin kebetulan saya baca postingan sahabat saya Abdi Lintang di kompasiana tentang 'bersyukur'. Rasanya saya juga jadi termotivasi untuk share tentang teman dekatnya. Yakni 'berbahagia'.

Bicara kebahagiaan, memang klasik. Namun begitu tetap saja mengusik. Bukan apa-apa. Bahagia itu dari dulu dicari-cari, didamba-damba, tapi nyatanya tidak didapat-dapat, tidak ketemu-ketemu.

Bukan karena tidak mampu, tapi lebih banyak karena tidak dianggap sebagai prioritas utama. Saya serius! Memang banyak yang menginginkannya, tapi masih ada keinginan yang lebih penting. Apa itu? Apalagi kalau bukan materi.

Jangan munafik, orang kebanyakan lebih memprioritaskan uang, mobil, jabatan, pencitraan, dll. Karena dianggapnya hal-hal itulah yang akan mendatangkan kebahagiaan. Jadi bahagia dijadikan dampak, bukannya penyebab. Padahal seyogyanya, ya kebalikannya. Bahagia dulu, maka dampaknya, materi jadi gampang didapat.

Inilah kekeliruan terbesar banyak orang. Khususnya saya.

Karena itu, sekarang saya ingin sharing suatu rumus bahagia yang -secara kebetulan- saya temukan. Tidak sengaja. Dan menurut saya benar-benar paten.

Berikut 5 langkah sederhana menjadi bahagia versi temuan saya itu:

1. Kurangi kebencian, perbanyak kesukaan. Harusnya yang kita perbanyak hal-hal yang kita suka bukan hal-hal yang kita benci. Miliki apa yang kita suka, dan/atau sukai yang kita miliki. Maksudnya begini, kalau kita tidak suka sama mobil kita, ganti! Entah mobilnya atau perasaanya. Gampang kan?

2. Bebaskan pikiran dari kecemasan. Ini salah satu penyakit saya dan banyak orang alami. Selalu mencemaskan banyak hal. Cemas masa depan, cemas apa kata orang tentang diri kita, cemas ini, cemas itu. Harusnya, dinikmati saja inci demi inci hidup ini. Makin dinikmati, insya allah makin nikmat.

3. Sederhana dan sederhanakan. Ini yang banyak saya pelajari dari guru saya Brian Tracy. Biasakan untuk berpikir dan bersikap sederhana. Kalau ada masalah cari solusi yang paling sederhana. Itulah solusi terbaik.

4. Perbanyak Memberi. Ini rahasia. Saya tidak tahu penjelasan ilmiahnya. Yang saya tahu semua agama, suku, ras, buku, pengajar, pembimbing, guru, seminar, sepertinya sepakat kalau memberi itu membahagiakan. Selain itu juga menambahkan.

5. Harapkan sedikit. Jadi memberinya yang banyak, mengharapnya seperlunya saja. Bukan berarti tidak boleh berharap, boleh dan boleh banget. Tapi actionnya, sedekahnya, doanya, tawakalnya, harus lebih banyak.

Nah begitulah rumus bahagia yang kira-kira saya temukan. Kalau mau dipikir-pikir, kelihatannya tidak masuk akal. Sejatinya, akal kita yang belum masuk. Karena rumus ini rumusnya Tuhan. Logikanya ya logika Tuhan. Yang pasti jangan menilai matematikanya Tuhan pake akal kita. Pasti tidak masuk. Ya gak?

Kalau anda baca buku Pedoman Menuju Tidak Bahagia tulisan Jaya Suprana, anda akan temukan bahwa bahagia itu tidak dicari, tidak dikejar, dan tidak jauh. Bahagia itu sekarang, di sini, dalam hal kecil, dalam diri kita.

Kalau anda katakan, "Saya ingin bahagia", gampang! Hapus saja kata 'ingin' dalam kalimat anda. Lihat sekarang tinggal, "Saya Bahagia". Semoga bermanfaat. :)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun