Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Cultured-Meat: Inovasi Pangan yang Siap Mengubah Pola Konsumsi Global

25 Desember 2024   15:14 Diperbarui: 25 Desember 2024   17:03 147 0
Bioteknologi telah membawa perubahan revolusioner dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk cara kita memproduksi pangan. Dari rekayasa genetika hingga kultur jaringan, teknologi ini memungkinkan terciptanya solusi inovatif untuk tantangan global, seperti krisis pangan dan perubahan iklim. Salah satu inovasi paling menjanjikan adalah Cultured meat, daging yang dihasilkan melalui kultur sel di laboratorium. Dengan mengurangi ketergantungan pada peternakan intensif, teknologi ini membantu mengatasi keterbatasan lahan, air, dan energi, yang selama ini menjadi tantangan dalam memenuhi kebutuhan pangan global. Bioteknologi memberikan harapan baru untuk menciptakan sistem pangan yang lebih tangguh dan inklusif. Dalam penelitian (Gursel et al., 2022) dijelaskan bahwa salah satu peran utama bioteknologi adalah menciptakan medium kultur sel yang optimal. Bioteknologi juga memungkinkan pengendalian penuh terhadap kualitas daging yang dihasilkan. Kandungan protein, lemak, dan nutrisi lainnya dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan konsumen sekaligus menjaga standar kesehatan. 

  • Sisi Etika dan Keberlanjutan Lingkungan Terkait Produk Cultured Meat
    Produksi cultured meat membawa dampak besar dalam hal keberlanjutan dan etika. Proses ini mengurangi penggunaan lahan hingga 90% dan emisi gas rumah kaca hingga 78-96%, seperti yang dilaporkan oleh (Lynch & Pierrehumbert, 2019). Penelitian menunjukkan bahwa produksi daging yang dikultur dapat memerlukan lebih sedikit sumber daya dibandingkan dengan peternakan tradisional, yang dapat membantu mengurangi tekanan pada lingkungan terutama di negara dengan tingkat deforestasi tinggi seperti Indonesia (Melzener et al., 2022). Dari perspektif bioetika, daging yang dikultur dapat dianggap sebagai solusi untuk masalah kesejahteraan hewan. Dengan memproduksi daging tanpa perlu membunuh hewan, teknologi ini berpotensi mengurangi penderitaan hewan dan memberikan alternatif bagi konsumen yang peduli terhadap isu-isu etis tersebut (Shaw & Mac Con Iomaire, 2019); (Bryant & Dillard, 2019). Dari sudut pandang keberlanjutan lingkungan, daging yang dikultur memiliki potensi untuk mengurangi dampak negatif yang terkait dengan produksi daging konvensional, seperti emisi gas rumah kaca, penggunaan lahan, dan konsumsi air (Tuomisto & Teixeira De Mattos, 2011). Misalnya, cultured meat dapat mengurangi polusi air dan penggunaan pestisida yang sering terkait dengan pertanian pakan ternak (Szejda et al., 2021). Menurut Tuomisto dan Mattos (2011), teknologi ini juga berpotensi besar untuk wilayah dengan sumber daya terbatas atau yang terdampak perubahan iklim. Karena tidak bergantung pada cuaca, pasokan air, atau kesehatan hewan, cultured meat mampu memberikan pasokan pangan yang stabil. Bahkan, emisi gas rumah kaca seperti metana dari ternak, yang menjadi salah satu penyebab utama perubahan iklim, dapat ditekan secara drastis.

  • Bagaimana Cultured Meat meningkatkan ketahanan pangan dan distribusinya di negara berkembang?
    Indonesia sebagai negara berkembang, produksi cultured meat dapat berkontribusi signifikan terhadap ketahanan pangan melalui beberapa cara:
    1. Efisiensi Produksi: Proses produksi cultured meat tidak memerlukan lahan pertanian yang luas atau sumber daya pendukung yang banyak sehingga berpotensi meningkatkan ketersediaan protein hewani tanpa membebani lingkungan.
    2. Keamanan Pangan: Lingkungan produksi yang steril mengurangi risiko kontaminasi patogen dan penggunaan antibiotik, sehingga menghasilkan produk yang lebih aman untuk dikonsumsi.
    3. Aksesibilitas: Dengan skala produksi yang tepat, cultured meat dapat diproduksi secara lokal untuk mengurangi ketergantungan pada daging impor yang sejalan dengan upaya diversifikasi sumber pangan untuk mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan.

    Selain itu, cultured meat dapat diproduksi di lokasi yang dekat dengan konsumen, sehingga memangkas biaya transportasi jarak jauh sekaligus mengurangi emisi karbon. Distribusi pangan pun menjadi lebih cepat, efisien, dan ramah lingkungan. Menurut sebuah artikel di (Qotadah et al., 2022), konsumsi daging berkaitan dengan penurunan angka stunting pada anak-anak. Dengan menyediakan sumber protein yang terjangkau dan berkualitas melalui cultured meat, negara berkembang dapat meningkatkan status gizi dan kesehatan penduduknya dengan efektif.

  • KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun