1 Kau menyapa hangat mentari sedari tadi Butiran keringat meneteskan senyum Debur ombak bergemuruh Angin semilir mengayuh runtuh jari-jarimu menari Legam, kencang, kuat Mencengkram ikan Dalam bongkahan es yang mulai mencair 2 Ikan tangkapan segar bugar Mulai membiru menjelang siang Namun Engkau merasa senang Engkau bertepuk menang Sebersit harapan kesyukuran Diwajahmu yang bersahaja Wahai Perempuan-perempuan Pesisir Pejuang kehidupan Engkau ada dalam dua dinding kokoh Dinding Kepapaan yang bersanding dengan kemiskinan Mesra 3 Perempuan-perempuan Pesisir Engkau Menunggu petang tanpa senja Membakar kayu di tungku perapian Menanak nasi 3 jemputan tangan Asapnya mengepul Anak-anak berlarian Bertelanjang badan Engkau sajikan santap malam Dengan ikan satu-separuh di pinggan Hingga mereka kenyang dan tertidur pulas dalam pelukan Nyala lilin yang mendamaikan 4 Jelang malam Tanganmu masih menari Menyisihkan hasil tangkapan ikan-ikan segar dengan mulut yang masih megap-megap kau jual ke pasar demi rupiah dengan harga murah sekeping sepuluh keping rupiah yang penting laris Perlu uang anak sekolah 6 Perempuan-perempuan pesisir Engkau berdesakan Berlari ketengah Mencari-cari sosok dewa Mengiba kepada sang toke kapal Rentenir si raja rupiah Akh kau jangan kalah Perempuanku kenapa menyerah tercekik dengan keluguanmu Hutang membubung Suamimu linglung Jiwamu merintih tersandung 7 Perempuan_perempuan pesisir Ejalah lautan dengan aksara Hitunglah senja dengan angka Jangan buta raih ilmu sang bijaksana Majulah dengan waktu Jangan menyerah dan terpinggirkan Bermartabat dalam perjuangan Tinggalkan lelahmu Tuntut ilmu tak usah malu peluk anak-anakmu Mengeja aksara Pendidikan bermutu Menuju masa depan peradaban 6 Perempuan-perempuan pesisir Engkau adalah saksi sejarah Anak-anak bangsa Yang kau sematkan impian dan cita-cita di dadanya Perempuan-perempuan pesisir Pewaris perjuangan dengan darah berdesir Pesisir Timur Indonesia, Takabonerate, 2013
KEMBALI KE ARTIKEL