Mengontol uang Otsus, mengontrol kekuasaan & mengontrol jumlah penduduk Papua adalah program mereka atas Papua melalui UU Otsus Tahun 2021.
Program utama tersebut telah dieksekusi secara terstruktur, tersistematis & masif. Memang masif sebab dijalankan secara halus, sehingga kita terhipnotis dan menerimanya.
Yang memahami realisasi program ini dan menentang pasti dialamatkan sebagai separatis. Dianggap separatis karena penghambat program Nusantara.
Sampai pada titik ini, pemerintah pusat telah berhasil mengontrol uang, mengontrol kekuasaan dan mengontrol jumlah penduduk Orang Asli Papua (OAP).
Menjelang berakhirnya UU Otsus Papua Tahun 2021, barang tentu berbagai skenario akan dimainkan untuk melanjutkan program tersebut. Tentu ada strategi baru. Bisa jadi strategi propaganda ketakutan, strategi intimidasi, bahkan strategi konflik yang dimainkan oleh para elit, pemangku kepentingan.
Rakyat Papua tetap waspada terhadap rencana aksi gabungan sebagai fulus keberlanjutan Otsus Papua. Kami menduga akan ada Renaksi militer, diplomatik, intelijen, ekonomi, akademi serta rencana aksi politik.
Kolaborasi elit lokal dan nasional pasti membuat rakyat tidak berdaya melawan semua rencana aksi mereka. Kita pasti menjalankan apapun keputusan terkait Otsus Papua, nanti. Entah UU Otsus Papua Jilid II, UU CLBP (Undang-Undang Cakar Langit Bangun Papua) atau UU model lain yang diterapkan untuk Papua, nanti.
Perlu rakyat Papua ketahui bahwa kita sedang dipantau satu kali dua puluh empat jam oleh sistem yang kejam dan tersembunyi serta berjalan secara halus.
Sistem mereka sudah, berjalan sesuai dengan rencana, sudah dikemas sedemikian rupa dan dijalankan oleh personil yang berkualitas dengan dibekali materi yang cukup, bahkan sudah menjadi mesin yang terajut erat berjalan efektif dan efisien.
Rakyat Papua hanya butuh pemimpin yang punya hati dan bekerja dengan sungguh-sungguh di tengah sistem yang kejam dan halus. Tidak perlu takut dengan apapun dan siapapun selain Tuhan dan amanah Rakyat Papua.
Mestinya tujuan Nusantara adalah Nuswantara, yakni menjadikan manusia mandiri menuju Fitrahnya sebagai makhluk Tuhan. Bukan merubah makna, cara, perilaku hidup manusia jadi seperti barang dan/atau binatang. Sebab hal ini merupakan perbudakan yang kejam dalam atas nama Integrasi Nusantara.