Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Dedaunan Pun Bergoyang

17 Maret 2012   07:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:55 57 0
PAGI merangkak menuju siang. Arus kendaraan terus bertambah. Lalu lintas jalan kian padat. Aroma kemacetan cukup menyengat. Sejumlah kendaraan berlomba seakan ingin berada di paling depan. Jangan kaget, kelakuan itu bukan monopoli angkutan umum, seperti angkutan kota (angkot). Mewabah ke pemotor hingga pengendara mobil pribadi. Jakarta menjadi kota penuh hasrat. Selamat sampai duluan. Pelesetan dari selamat sampai di tujuan. Warga yang ingin cepat sampai di tujuan kerap mengabaikan aturan yang ada. Libas lampu pengatur lalu lintas jalan alias lampu merah alias lamer. Belum juga merah berganti hijau, roda-roda gila sudah mendera. Melibas ruang milik kendaraan dari arah berlawanan. Soal toleransi urusan belakangan. Parah. Pemandangan itu nyaris menjadi sajian setiap hari di Jakarta. Seperti yang saya temui, Rabu (7/3/2012) pagi. Pemandangan di sekitar kawasan Kampung Dukuh, Jakarta Timur, sekitar 200 meter dari kantor pusat PT Jasa Marga Tbk. Khususnya arus lalu lintas yang mengarah ke pertigaan Jl Raya Bogor, Pasar Hek. Para pengguna jalan berlomba menerobos lamer. Seakan rasa sabar sudah terkunci rapat di dalam hati. Mereka tak peduli. Kesemrawutan pun tak terhindarkan. Kendaraan dari arah berlawanan menjadi ‘berang’. Suara klakson terdengar saling bersahutan. Biasanya dilengkapi cacian sumpah serapah. Pengendara yang merasa dirugikan mencaci yang merampas haknya. Mirip hukum rimba yah? Jakarta mestinya jadi kota lebih humanis. Lalu lintas jalan memberi ruang bagi warga yang mampu bersabar menahan diri. Kita sudah kenyang disodori belasan kasus kecelakaan setiap hari sepanjang tiga tahun terakhir. Dalam rentang 2009-2011, nyaris tak bergeser jumlah korban tewas akibat kecelakaan lalu lintas jalan, tiga orang per hari. Menyedihkan. Oh ya, nafsu menerobos lamer di Kampung Dukuh itu kian diperparah oleh kondisi infrastruktur jalan. Termasuk, rerimbunan daun yang menutupi cahaya lamer. Saking tebalnya dedaunan, dari jarak sekitar 50 meter saja, warna kuning dan hijau sang lampu sulit terlihat jelas. Lengkap sudah unsur yang bisa memicu kecelakaan. Buat para petugas seyogyanya cepat bertindak. Menempatkan anggotanya dipertigaan tersebut. Buat para aparat di Dinas Pertamanan DKI Jakarta mesti rajin memeriksa rambu yang tertutup oleh dedaunan. Masa sih mesti menunggu orang celaka, baru deh kerja ekstra keras. Terlambat bos. (edo rusyanto)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun