[caption id="attachment_11257" align="alignleft" width="300" caption="Kendaraan korban kecelakaan di Jakarta. (foto:istimewa)"][/caption] JAKARTA penuh cerita. Khusus soal kecelakaan lalu lintas jalan, ceritanya penuh romantika. Bayangkan, pada 2011, tiap hari ada 22 kasus kecelakaan di wilayah Polda Metro Jaya. Soal korbannya, ada sekitar 10.140 orang atau sekitar 28 orang per hari menjadi korban kecelakaan. Tahun lalu, dari korban sebanyak itu, hampir 10% atau sekitar 1.008 jiwa, harus menemui ajal di jalan raya. Ironisnya, hampir sekitar 79,36% adalah para pemotor. Barangkali karena mayoritas pengguna jalan adalah para pemotor. Maklum, hampir 10 juta sepeda motor yang beredar di Jakarta dan hanya sekitar dua juta unit kendaraan roda empat. Mayoritas korban kecelakaan di wilayah Polda Metro Jaya menderita luka ringan, yakni sekitar 62,25%. Sedangkan korban yang menderita luka berat sekitar 27,81%. Dari jumlah kasus kecelakaan terjadi penurunan tipis, yakni sekitar 1%. Jika pada 2010 ada 8.235 kasus kecelakaan, pada 2011 sekitar 8.079 kasus. Bahkan, fatalitas korban menyusut 3%. Kecuali korban luka ringan yang melonjak sekitar 18%.
Pemotor Naik Hal yang memprihatinkan adalah naiknya kasus kejadian yang melibatkan sepeda motor. Pada 2011, keterlibatan sepeda motor mencapai sekitar 79,40%. Angka itu meningkat jika dibandingkan tahun 2010 yang sekitar 70.40%. Praktis korban dari para pemotor pun ikut terdongkrak. Jika pada 2010, korban kecelakaan dari pemotor sekitar 7.754 orang, tahun 2011 menjadi sekitar 8.441. Dari total korban tersebut, pemotor yang meninggal dunia berkisar 9-10%. Selebihnya luka ringan dan luka berat. Pemotor menjadi pengguna jalan yang paling rentan sebagai korban kecelakaan lalu lintas jalan. Selain karena ringkihnya siroda dua dibandingkan roda empat, tak sedikit juga pemotor yang berperilaku super berisiko. Sebut saja misalnya perilaku menerobos lampu pengatur lalu lintas atau pintu perlintasan kereta api. Belum lagi perilaku melawan arus lalu lintas atau memacu kecepatan di atas rata-rata. Boleh jadi pemotor lebih berpotensi karena populasinya cukup tinggi. Pada 2011, Jakarta merupakan wilayah terbesar yang menyerap penjualan motor di Indonesia. Jakarta berkontribusi sekitar 27,21% dari sekitar 8,04 juta unit penjualan di pasar domestik. Artinya, di Jakarta terjual sekitar 1,14 juta unit. Jakarta hanya bisa disaingi oleh Jawa Barat yang menyerap sekitar 1,13 juta unit pada 2011. Sedangkan wilayah terbesar lainnya adalah Jawa Timur, yakni sekitar 1,01 juta unit. Terlepas dari populasinya yang cukup tinggi, para pemotor memang harus terus meningkatkan kewaspadaannya saat berkendara. Tak semata faktor internal, seperti perilaku tidak tertib dan kelengahan. Ada faktor eksternal yang juga tinggi risikonya, seperti jalan berlubang. Tak sedikit kasus pemotor yang menghindari jalan berlubang, lalu terjatuh dan ditabrak oleh kendaraan roda empat atau lebih. Bagi saya, faktor eksternal lain yang bisa mereduksi potensi kecelakaan adalah soal ketegasan aparat hukum. Kalau soal yang satu ini, saya hanya menyitir pernyataan para petugas. Pernah dengan pernyataan bahwa kecelakaan kerap kali diawali oleh pelanggaran aturan lalu lintas jalan? Nah, kalau petugas tegas dan konsisten menindak pelanggaran, berarti bisa menutup celah terjadinya kecelakaan dong?
(edo rusyanto)
KEMBALI KE ARTIKEL