Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Kecelakaan Tak Kenal Tempat

20 Januari 2012   02:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:40 185 0
DUA kabar dari manca negara, kecelakaan kapal laut. Satu kapal pesiar mengangkut 4.000 orang di Italia. Satunya lagi kapal kargo di Korea Selatan. Sedikitnya lima orang tewas di Korea Selatan. Sebanyak 40 orang hilang di Italia. Kabar dari dalam negeri tak kalah memilukan. Satu Suzuki Carry menghantam truk, lima orang tewas. Bahkan, seorang selebritas tewas saat berboncengan sepeda motor di Bali. Kecelakaan tak mengenal status ekonomi. Selaku pengguna sepeda motor, kecelakaan lalu lintas jalan menjadi sebuah ironi setiap saat. Kita semua maklum sikuda besi lebih ringkih dibandingkan siroda empat atau lebih. Risiko penunggang roda dua lebih besar. Andai kita bisa memprediksi kapan bakal celaka cerita bakal berbeda. Ironisnya, kita tak bisa menerka. Bisa di jalan raya. Bisa di jalan pemukiman. Bahkan, bisa di areal parkir atau stasiun pompa bensin umum (SPBU). Kehati-hatian universal mesti terus ditularkan. Pemotor punya ritual sebelum berkendara. Memeriksa kondisi ban, oli, rantai, rem, lampu, hingga bahan bakar. Ketika berkendara, kehati-hatian dinaikan intensitasnya. Termasuk mengikuti aturan di jalan. Sedangkan kesediaan berbagi ruas jalan menjadi perekat, disamping keterampilan yang memadai. Perilaku berkendara masih memegang andil dominan dalam kecelakaan lalu lintas jalan. Sebagus apapun tunggangannya, bila sang pengendara lalai, bisa memicu kecelakaan. The man behind the gun. Karena itu, kita semua mahfum, konsentrasi saat berkendara menjadi mutlak. Mengingat kecelakaan tak memilih tempat. (edo rusyanto)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun