Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money Pilihan

Susi, Menteri Penuh Inspirasi

28 Oktober 2014   09:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:28 116 0
Beberapa waktu lalu saya diberi order seorang ketua yayasan Perguruan Tinggi untuk membuatkan video profile perguruannya.

Saat akan melaksanakan pekerjaan, saya diminta membahas dulu dengan staf akademisi perguruannya. Beberapa dosen "pakar"nya yang dianggap tahu soal produksi video diminta pandangannya untuk memberi masukan kepada saya.

Dengan pemahaman dan pandangan masing-masing, mereka berdebat serius soal proyek yang akan saya kerjakan. Mulai dari membahas teknis sampai analisis.

Perdebatan panjang berlangsung hingga sore dan tidak berujung pada apa yang harus dikerjakan. Akhirnya sang ketua yayasan meminta pendapat dari saya.

Saya hanya mengatakan, besok proyek akan saya kerjakan. Hari itu saya prepare hasil riset materi, konsep dan ide penulisan, serta peralatan shooting. Tinggal eksekusi proyek dan Insya Allah sesuai jadwal harus selesai.

Sejak kisah nyata yang saya alami ini saya sebagai orang awam hanya bisa menarik sebuah hikmah. Inilah bedanya seorang praktisi dan seorang konseptor. Kalau seorang praktisi itu pikirannya bekerja, bekerja dan kongkrit. Namun kalau konseptor terus bergulat dengan blue print dan konsep.

Mungkin pengalaman sederhana yang saya alami ini bisa saya tarik benang merah dengan kritikan sejumlah pihak pada ibu Susi Pudjiastuti, Menteri Perikanan dan Kelautan pada Kabinet Kerja Presiden Jokowi.

Seorang pakar ilmuwan kelautan dari institut ternama mempertanyakan kompetensi dan technical skills Susi Pudjiastuti. Si pakar ini meragukan kemampuan Susi yang hanya bakul ikan.

Saya melihat pakar yang berkomentar soal kompetensi Susi itulah yang justru tidak tahu menahu tentang apa itu revolusi mental yang sedang digaungkan Bapak Presiden Joko Widowo. Beliau tidak paham apa sih definisi revolusi mental.

Revolusi mental adalah mengubah pola pikir dan persepsi seseorang atau masyarakat dari pola pikir paradigma lama dengan pemikiran yang berorientasi pada paradigma baru yang lebih visioner dengan terobosan yang tidak "biasa atau lazim".

Jadi saya kira pemikiran si pakar ini (maafkan) sudah tidak menjangkau dengan apa yang disebut revolusi mental.

Salah salah satu pesan yg tersirat dari Revolusi Mental adalah mengubah pola pikir untuk tidak meremehkan orang lain.

Revolusi mental mewajibkan kita mengubah pola pikir yg meng-"underestimate" kemampuan dan talenta sesorang hanya dari satu sudut pandang saja.

Sebaliknya, potensi berlian Susi justru ada pada bagaimana beliau bisa memotivasi sesama agar punya semangat yang militan soal kekayaan laut Indonesia.

Menurut saya komentar pakar kelautan itu begitu arogan dan meremehkan pengangkatan Susi Pudjiastuti sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan.

Jika kemudian paradigma itu dibalik saja. Bahwa apakah si pakar kelautan itu mampu memiliki talenta jadi pengusaha ikan sekaligus menjadi pengusaha penerbangan yg sukses. Saya tidak yakin!! Artinya si pakar ini juga punya kelemahan dalam sisi lain keilmuannya dibanding Susi Pudjiastuti.

Pengangkatan Susi Pudjiastuti sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan bertujuan memberikan motivasi, inspirasi, dan dorongan kepada para pelaku perikanan dan kelautan.

Ini lho Indonesia itu negara kaya. Kalau kita mau bekerja keras maka kita bisa menjadi tokoh perikanan yang sukses seperti Susi Pudjiastuti. Selain itu Susi juga mampu mempersatukan wilayah Indonesia yang dipisahkan wilayah lautan yang luas melalui layanan transportasi udaranya.

Susi adalah sosok sukses dalam mengembangkan industri pengolahan hasil laut serta transportasi antar-pulau.

Seorang pemimpin itu tidak mutlak harus memahami teori dan teknik. Karena dia punya anak buah yang direkrut dengan kemampuan teknik. Tapi yang dibutuhkan dalam sosok menteri itu, kemampuan manajerial, jiwa pekerja keras, teliti dan mampu memotivasi.

Susi tidak wajib menguasai teori tentang teknologi kelautan, marine products economics, coastal processes, dan underwater technology secara detail. Tapi yang penting saat dia didapuk jadi menteri, setiap kebijakan yang diputuskan harus berorientasi untuk rakyat dan demi kejayaan bangsa.

Yang dibutuhkan pak Jokowi sekarang ini dalam kabinetnya bukan lagi perdebatan teori. Atau sang menteri baru menyiapkan blue print. Atau kerja pertama hanya menyiapkan proposal.

Tapi gagasan brilian untuk memajukan dunia kelautan. Ide yang bisa dilaksanakan secara nyata. Pekerjaan yang bisa langsung dirasakan manfaatnya oleh rakyat.

Misalnya. Susi Pudjiastuti mampu menyakinkan koleganya pengusaha asing untuk berinvestasi di Indonesia. Membiayai nelayan lokal untuk meningkatkan kapasitas eksplorasi ikan. Maka nelayan akan lebih sejahtera, rakyat dapat pekerjaan. Ini riil dan langsung dirasakan rakyat.

Namun jika menyangkut pekerjaan coastal proceses atau bendungan raksasa di bibir laut untuk menahan banjir, itu sudah masuk domain tugas Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Buat saya Susi telah melakukan revolusi mental. Buktinya? Dia memiliki usaha yang memperkerjakan puluhan tenaga orang asing. Itu prestasi luar biasa bagi bangsa Indonesia.

Selama ini bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa budak yang menyembah dan menghormati simbol yang berbau asing, baik orang asing, perusahaan asing maupun kemajuan budaya mereka. Nah ini Susi justru menjadikan orang bule/ asing sebagai jongosnya.

Susi bisa menjadi inspirasi bagi cita-cita bangsa Indonesia untuk tidak terus menjadi budak bangsa asing. Kita mampu menunjukkan kepada dunia bahwa ada orang Indonesia tidak tamat SMA punya usaha yang buruhnya berasal dari orang asing yakni Australia, Selandia Baru sampai Amerika.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun