Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Jam Satu Pagi

3 Maret 2012   01:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:36 71 0
Seperti yang kau janjikan, aku datang malam ini. Di tempat yang kau suka dan kurasa tampak lebih sepi dari biasanya. Hatiku begitu ramai karena jantungku sedari tadi berdugem kencang. Aku tak tahu, apa yang akan terjadi. Perasaanku mengatakan kau akan datang sembari menyembunyikan setangkai bunga di balik punggung, kau tersipu malu memberikannya padaku. Di tempat ini, tempat aku jatuh hati padamu, lirih musik terdengar pelan ketika petikan gitar itu mengiringi anganku lebih jauh. Sementara hatiku kemudian jatuh di pelukanmu. Detik demi detik saling menyusul pergi. Malam semakin tenggelam. Aku pun masih menatap secangkir resah yang mengepulkan frustasi karena mataku sibuk mengedarkan pandangan. Malam terasa dingin ketika kecemasan menguasaiku. Aku harap kamu datang. Semua kegetiran ini bercampur sendu karena rindu telah menyatu di dalam secangkir kopi yang kusesap perlahan-lahan agar tak segera pergi. Begitu lama kedipan mata melambat menunggumu datang. Pesan singkat kukirimkan. Kau pun tak membalas. Aku cemas, berharap penantian ini berakhir bahagia, kulihat rupa rembulan menyeringai padaku. Aku tak suka, berada dalam titik ragu dan tak pasti setelah kutahu cinta semakin rumit untuk kupahami. Sejak, aku tahu cinta tidak selalu indah. Kau pun tak datang, setelah tegukan akhir kopiku menandai padamnya lampu cafe. Jam satu pagi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun