Blusukan kembali meraih pamornya, ketika hal serupa terus dilakukan Walikota Surabaya Tri Rismaharini  hingga kini  menjabat sebagai sebagai Menteri Sosial.
Risma melangkahkan kaki pertamanya ke luar kantor di Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat. Politikus PDIP itu menemui pemulung dan tuna wisma di sekitar kantor Kementerian Sosial.
Salah satunya di area kolong jalan layang Matraman Raya, Jakarta Pusat, yang selemparan batu jaraknya dari kantor Kemensos. Â Suatu area kumuh yang menjadi tempat tinggal pemulung selama bertahun-tahun lalu.
Di tempat itu, Risma yang baru lima  hari dilantik Jokowi menemui pemulung. Dalam dialognya, Risma yang menyandang predikat Emak e Pemulung itu menawarkan 'rumah' sekaligus peluang usaha bagi para pemulung.
Risma harus berulang membujuk, agar pemulung yang mengaku berpenghasilan  Rp 800 ribu sebulan bersedia direlokasi untuk tempat tinggal yang memadai dan  mendapatkan penghasilan lebih baik.
"Bapak-ibu, saya hanya ingin panjenengan (Anda) tinggal di tempat yang lebih baik. Ayo pak, mau ya pak,"Â kata Risma, sebagaimana dikutip dari media daring.
Mensos bergerak dari satu lokasi ke area lainnya. Risma, misalnya, Â blusukan ke bawah jembatan di aliran Kali Ciliwung. Keesokan harinya kemudian ke kawasan Pluit, di Jakarta utara.
Namun, belum selesai Risma memberikan solusi bagi penghuni kolong jembatan di Matraman Raya, Jakarta Pusat, hanya selang sehari kawasan itu telah dibersihkan oleh Satpol PP. Tidak ada lagi ditemukan pemulung yang menempati lokasi tersebut.
Pelaksana Harian Wali Kota Jakarta Pusat Irwandi mengatakan telah mengosongkan area yang dihuni 7 kepala keluarga tersebut. Tidak diketahui apa cara Walkot tersebut senafas dengan keinginan Risma. Juga ke mana mereka bertempat tinggal.
Blusukan Risma itu menimbulkan polemik dan  memicu kontroversi. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon kemudian menuding Risma mengambil alih pekerjaan Kepala Dinas Sosial DKI Jakarta dan menjadi Mensos DKI.
"Saya kasihan kepada Kepala Dinas Sosial DKI, pekerjaannya diambil alih Menteri Sosial DKI," kata Fadli melalui akun Twitternya, @fadlizon, Rabu (30/12/2020).
Risma bergeming. Di balik kerja besar mengatur distribusi bantuan sosial sepanjang tahun 2021 yang dianggarkan Rp 110 triliun. Ia tetap melakukan blusukan.
Bagai tak peduli sikap nyinyir pihak lain, Risma tetap mengayunkan langkahnya menegur sapa para tuna wisma dan orang jalanan yang kurang beruntung di Ibukota. Termasuk pemulung di jalan protokol Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.
Sebagian orang pun ada yang menyindir sejak kapan Jalan MH Tamrin, ada pemulung. Seolah  dijawab dengan ejekan sejak ada Risma. Suara yang nyinyir terhadap kerja blusukan Risma terus bermunculan hingga kini.
Fadli Zon melalui jejaring media sosial mencuit mengenai blusukan. Meski tidak menyebut nama, politikus Partai Gerindra itu menyebutkan jika kecanduan blusukan perlu diperiksa karena ada kemungkinan gila pecitraan.
"Blusukan secara proporsional bagus saja sbg cara melihat langsung lapangan. Tp klu kecanduan blusukan maka harus diperiksa jgn2 gangguan 'gila pencitraan'," kata Fadli lewat akun Twitter miliknya, @fadlizon, Selasa (5/1/2021).
Apakah cuitan anak buah Prabowo Subianto itu dimaksudkan ditujukan kepada Risma? Semua paham. Namun, tampaknya ada yang takut dipolisikan jika menyebut nama karena ada unsur ujaran kebencian, 'gila pencitraan'.
Meski di tengah cibiran dan tudingan. Risma tampaknya tidak terpengaruh. Ia lebih suka bekerja menyapa masyarakat bawah ketimbang melontarkan provokasi lewat media sosial.
Risma juga lebih memilih membela kaum miskin yang terpinggirkan daripada membela ormas yang jelas mempunyai catatan menjadi pelanggar HAM dan lebih banyak melakukan aktivitas intoleransi serta  kekerasan.
Langkah Risma ini nyaris tidak dilakukan para menteri sosial terdahulu. Itu pula yang akan membedakan dari para senior di Kemensos. Langkah Risma ini dipastikan akan menghindarkannya dari pemikiran atau pun kegiatan penyimpangan anggaran sosial.
Di tengah pandemi langkah Risma yang baru sebatas di Jakarta harus dimaklumi. Namun, kebijakannya tentu akan bersifat nasional. Upaya terjun menjamah kaum susah di Jakarta adalah contoh yang harus dilakukan dinas sosial di seluruh Tanah Air untuk peka dan peduli di wilayah masing-masing.
Gaya blusukan Risma harus diteladani insan di jajaran kementerian hingga dinas sosial. Juga akan menjadi energi bagi setiap warga untuk peduli terhadap lingkungannya terutama sesama yang dalam kondisi sulit secara ekonomi di mana pun berada.
Jika langkah Risma dalam kepedulian terhadap penghuni di kolong jembatan, pemulung, juga yang kaum miskin bisa ditiru segenap masyarakat maka betapa indahnya kehidupan.
Semoga langkah Risma bukan menjadi bahan celaan apalagi tudingan pencitraan. Langkah baiknya, kita baca sebagai ketulusan seorang ibu yang harus kita teladani.