GeNose dimaknai sebagai hidung elektronik yang bekerja atas dasar sistem penginderaan atau sensor untuk mengenali pola senyawa yaitu Volatile Organic Compound (VOC) yang terbentuk dari infeksi Covid-19 dan terbawa dalam nafas manusia.
Sesuai namanya alat ini ditemukan peneliti dari Kampus Bulaksumur, UGM. Temuan ini merupakan metode sederhana tetapi akurat dalam mendeteksi dini kondisi seseorang tertular atau tidak virus yang kini menjadi biang pandemi di tahun 2020 ini.
Ketua tim pengembang GeNose Kuwat Triyana mengatakan  pemeriksaan cukup dengan embusan nafas yang ditiupkan ke tabung khusus menggunakan masker nonbreathing dan hepa filter sekali pakai.
Sensor-sensor dalam tabung kemudian mendeteksi Volatile Organic Compound (VOC). Data yang diperoleh kemduian diolah dengan sistem artificial Intelligence. Hanya dalam waktu dua menit akan diketahui seseorang negatif atau positif corona.
Akurasi dari alat ini mencapai 97 persen. Hasil itu dari uji lapangan terhadap ratusan sampel di Rumah Sakit Bhayangkara dan Rumah Sakit Lapangan Khusus Covid-19 Bambanglipuro, Yogyakarta. Sampel juga dilakukan di 9 rumah sakit di DIY dengan sekitar 3.200 sampel.
Keunggulan lain dari alat ini yaitu harga pemeriksaan menjadi murah. Pasalnya, alat ini hanya diberandol dengan harga sekitar Rp 40 juta. Diestimasikan alat ini memeriksa 120 kali selama 6 jam. Harga sekali periksa diperkirakan antara Rp 15-25 ribu.
UGM sendiri telah memiliki 100 alat ini sehingga sehari bisa diperiksa 1.200 sampel. Pemeriksaan pun cukup mudah di mana cukup memberikan embusan napas.
Cara tersebut tentu lebih mudah digunakan dibanding metode usap ataupun swab. Kemudian dari harga pun akan terpaut jauh. Selama ini biaya ratusan ribu hingga jutaan dikeluarkan untuk tes Covid-19.
Lebih dari itu, alat temuan anak bangsa ini ternyata telah mendapat rekomendasi dari Kementerian Kesehatan.
Baca Juga: Mengapa Peraturan Rapid Test Perjalanan Dicabut Kemenkes?