Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Kali Ini Prabowo Marah Beneran, Bukan Basa-basi

4 Desember 2020   20:20 Diperbarui: 4 Desember 2020   21:22 945 17
PRABOWO Subianto marah. Ia merasa dikhianati anak asuhnya Edhy Prabowo. Sudah 25 tahun, Edhy mendapat segala fasilitas hingga menjadi wong alias orang besar. Akhirnya jadi penghianat.

Bahkan untuk menggambarkan masa lalu, adik Prabowo, Hashim Djojohadikusumo menyebutkan Edhy diselamatkan dari selokan. Saya membayangkan selokan tempat sampah dan kotoran.

Jadi personafikasi yang digunakan sang taipan itu adalah antara bumi dan langit. Keluarga Hashim benar di awang-awang dan si Edhy yang kala itu pecatan militer dari Akabri benar-benar, ada dalam kubangan.

Edhy diselamatkan dan dibesarkan hingga menjadi wong. Ternyata terjerat dalam operasi senyap KPK alias korupsi.

"I picked him up from the gutter, and this is what he does to me," kata Hashim menirukan kemarahan sang abang yang kini menjabat Menteri Pertahanan, sekutu Jokowi.

Tentu, Edhy tidak hanya mencoreng muka Prabowo. Juga menghapus rekor Partai Gerindra yang selama ini bersih dari tindak korupsi. Apalagi, Prabowo dalam sebuah video dengan nada keras mengatakan akan mengantarkan sendiri ke KPK jika ada ada kadernya yang terlibat korupsi.

Lah, sekarang kok anak asuh yang ia banggakan selama ini menelikung dari belakang. Membuat Prabowo jatuh wibawa. Parahnya lagi, korupsi terkait bisnis. Sedangkan Hashim adalah aktor bisnis yang juga merambah ke bisnis budi daya lobster dan intim dengan Edhy.

Jadi pukulan ini, memberi efek domino. Tidak hanya harga diri Prabowo, nama baik keluarga Djoyohadikusumo, juga nama besar Gerindra. Bahkan, Rahayu Saraswati Djoyohadikusumo yang tengah berlaga di Pilwalkot Tangerang Selatan ikut terkena tsunami. Pasalnya, salah satu perusahaannya berkecimpung di Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Begitu telaknya, prahara ini yang membuat Prabowo diam. Ia tidak muncul di publik. Prabowo yang kerap muncul di media massa dalam sepekan terakhir bagai ditelan bumi. Tanpa pemberitaan.

Mungkin inilah kemarahan Prabowo sebenarnya. Marah, kecewa, sedih, campur aduk. Hingga tidak bisa berkata-kata.

Jadi teringat dalam kampanye 2019 lalu. Prabowo sempat unjuk diri dalam hal marah dengan menggebrak-gebrak meja. Nyaris podium roboh dan mikrofon mental.

"Segelintir elite di Jakarta seenak-enaknya saja merusak negara ini. Mereka itu bajingan-bajingan. Nanti pasti ada yang bertanya, 'Eh Prabowo sebut siapa yang dimaksud itu'. Nanti gue sebut nama lengkap dan alamatnya ya," kata Prabowo berapi-api.

Prabowo dalam kampanye di Sport Hall Kridosono pada 9 April 2019 itu, mengatakan telah muak dibohongi oleh pemerintah. Ia menuding ribuan aset milik rakyat dirampok. Prabowo pun kecewa dengan TNI dan Polri tidak netral dan justri membela antek-antek asing.

Amien Rais yang saat itu menjadi sekutu utama Prabowo sempat bangkit dari duduk. Ketua Dewan Pengarah Kemenangan Pilpres 02 itu, terlihat antara ingin meredam kemarahan Prabowo dan bangga melihat Prabowo melontarkan amunisi terhadap penguasa. Amien yang memakai blangkon dan baju surjan tampak bangga dengan ketegasan sang calon presiden.

Itulah kemarahan yang Prabowo pertontonkan kepada umum. Di balik itu, Prabowo sedang menunjukkan diri sebagai orator yang membangkitkan emosi massa dan para pendukungnya. Prabowo berhasil menyulut api kebencian sekaligus perlawanan terhadap rival.

Tapi, itu politik. Orang bilang politik jauh panggang dari api. Orang-orang bijak menasihati jangan percaya sepenuhnya kepada politikus. Terkadang apa yang tampak tidak seperti yang terlihat. Orang harus menerjemahkannya melalui kedalaman hati.

Buktinya, apa yang dipertontonkan Prabowo hanyalah heroik di panggung. Mungkin, ia melakukan karena tuntutan kondisi. Drama panggung tersebut dibutuhkan sebagai bumbu-bumbu propaganda untuk mencapai tujuan yaitu kemenangan kampanye.

Itu masa lalu. Bagi pendukung 02 yang kecewa dengan Prabowo adegan itu masih kerap diungkit. Bahkan  menjadi penilaian kepada sang kandidat kini yang telah beralih ke kubu 01. Mereka kecewa ketika Prabowo balik badan tidak lagi sejalan dengan semangat dan cita-cita mereka. Mereka pun menuduh Prabowo hanyalah akting dalam gebrakan podium itu.

Kini, saat menghadapi kasus Edhy Prabowo. Mantan Pangkostrad itu nyata dalam marahnya. Kekecewaannya memuncak. Toleransinya sudah pada titik nadir. Kemarahannya nyata, bukan pura-pura. Mungkin, dalam duka ia bergumam bocah yang diselamatkan dari selokan memilih kembali ke got.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun