Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Akankah Elia ke Surga? Sebuah Renungan Kristen Dari 2 Raja-raja 2 (Bacaan Kalangan Kristen)

28 Juni 2012   04:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:28 56 0

Akankah Elia ke Surga?

Sebuah Renungan Kristen Dari 2 Raja-raja 2

(Bacaan Kalangan Kristen)

Pertanyaan yang tak kunjung hilang dibenak orang pada umumnya ketika membaca kitab 2 Raja-raja ialah: Benarkah Elia ke Surga tanpa melalui kematian? Tentunya pertanyaan ini muncul bukan sekonyong-konyong sebab kita merasa mustahil seseorang akan masuk ke surga tanpa melalui kematian, atau paling tidak kita mengajukan alas an dan pertanyaan yang lain seperti ini: Elia itu orang mudah putus asa, terlihat ketika ketika konfrontasinya dengan Izebel yang membuat semangat luntur dan lenyap tanpa arah, lantas mengapa ia naik ke surga?

Berbagai gugatan sering diajukan tentang kenaikan Elia ke Surga, tentunya itu terjadi karena tidak mencermati kisah kehidupan Elia secara utuh seperti yang disampaikan oleh penulis kitab 2 Raja-raja.

Sebenarnya penulis kitab 2 Raja-raja tidak sedang membuat kisah heroik dari tokoh Elia yang berhasil mendapat perkenanan ke Surga tanpa melalui kematian, melainkan si penulis sedang menuliskan 2 hal penting di dalam teks-teks rumit yang kita sering kita baca itu, yaitu:

  1. Allah Berkuasa atas semesta

Pasti anda tidak pernah memikirkan hal ini di dalam kisah hidup Elia? Padahal ini nama Elia berarti Yahwe adalah Allah, inilah yang menjadi sentral kisah Elia yaitu Elia membawa pesan kepada Israel agar menyembah kepada Allah Yahwe saja, sebab hanya Yahwe-lah Allah bagi mereka. Pesan Elia ini sedang merobohkan kepercayaan sebagian besar Israel yang dipelopori Ahab dan Izebel untuk menyembah kepada dewa Baal.

Baal pada saat itu diyakini sebagai dewa kesuburan, petir dan angin badai menjadi terkulai tak berdaya setelah di permalukan Elia dalam 3 sesi, yaitu:

a.Elia berdoa agar Allah tidak menurunkan hujan, lalu hujan pun tidak muncul selama bertahun-tahun sehingga luntur kepercayaan kepada Baal sebagai dewa kesuburan karena ketidakmampuan Baal menurunkan hujan!

b.400 nabi Baal menoreh diri mereka agar Baal menurunkan petir untuk menyambar korban mereka, ternyata tidak terjadi! Saat Elia berdoa agar persembahannya diterima Allah, dan Allahpun membakar korban itu melalui petir. Di sini rontoklah Baal sebagai dewa petir karean ia tidak berdaya membuat petir menyambar korban untuknya!

c.Trilogi terakhir dari pertarungan ini ialah Allah mengangkat Elia hidup-hidup melalui angin badai ke surga, hal ini mustahil dilakukan oleh Baal yang notabene punya julukan dewa badai namun tak berdaya mengangkat siapapun ke surga melalui Badai.

Jadi naik Elia ke Surga bukan menunjukkan superioritas Elia ketimbang nabi-nabi lain, melainkan menunjukkan kemahakuasaannya Allah Israel yang melampaui dewa Baal yang dipuja Ahab dan Izebel, inilah bagian terdalam kisah ini.

Hal seperti ini pun tak jauh dari kita, sebenarnya Allah membawa beberapa orang untuk melihat surgaNya yang kudus agar kita mempunyai penghiburan, hanya saja kita gagal mencermati maksud Allah dengan mengkultuskan individu-individu yang diperkenankan melihat surga. Padahal maksud Allah agar ada pengiburan bagi orang-orang yang mengalami kesusahan masa kini dan mempunyai pengharapan eskatologis.

  1. Tongkat Estafet Nabi

Kisah 2 Raja-raja pasal 2 sebenarnya tidak hanya berfokus kenaikan Elia melainkan sedang memberitakan keberhasilan Elia dalam mementoring seorang nabi muda sebagai penggantinya.

Lantas kita bertanya apa buktinya?

Jawabnya sederhana saja, ketika mereka berpergian ke Gilgal, Betel, Yerikho dan Sungai Yordan bukanlah sebagai syarat kenaikan Elia ke surga melainkan Elia sedang memperkenalkan ruang lingkup pelayanan dan tanggung jawab nabi muda itu, Elisa. Bagi Elia kelanjutan pelayanan kenabiaannya lebih penting ketimbang kenaikannya ke surga, dibuktikannya memperkenalkan tugas dan tanggung jawab kepada Elisa terlebih dahulu dan memastikan Elisa memahami panggilan kenabiannya terlebih dahulu.

Tanpa prasangka buruk, kita sering melihat ketidakcakapan para pemimpin kita dalam membina kita untuk kelangsungan generasi yang akan datang, ini terjadi dikalangan umum maupun kalangan gerejawi, sehingga kita tidak cakap dalam menjalani tugas dan tanggung jawab kedepan yang sebenarnya lebih berat ketimbang generasi sebelumnya.

Inipun tidak jauh dari kita sebagai umat Tuhan, karena beberapa pemimpin kita hanya menatap ke surga dan ingin buru-buru naik kesana dan meninggalkan kita tanpa pembinaanya yang mantap, alhasil mereka tak kunjung naik ke surga sementara mereka akan menjadi repot melihat para penggantinya yang tadinya tak terbina menjadi tidak menentu arahnya.

Demikianlah harapan penulis kitab 2 Raja-raja pasal 2: agar para senior membina dan menjadi mentor yang baik agar terbentuk pemimpin yang berkualitas lebih daripada para mentornya.

Salam

Sumber:

Alkitab Terjemahan Baru, LAI, 2009.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun