Tanggal yang sama, bulan yang sama pula. Hanya tahunnya saja yang berbeda. Dengan segenap rasa, aku putuskan untuk memulai hidup baruku bersamamu. Sungguh suatu yang tak terduga atau bisa kubilang keajaiban, ketika tiba-tiba saja kamu menerima ajakanku untuk menyatukan hati kita. Padahal jujur aku tidak pernah bersungguh-sungguh menginginkannya waktu itu. Tapi ternyata kamu menyambut dengan lain. Akhirnya akupun merasa termakan oleh kata-kataku sendiri. Dan aku harus berani untuk mempertanggungjawabkan ucapanku itu. [caption id="attachment_123181" align="aligncenter" width="283" caption="sah...sah...."][/caption] Mungkin inilah yang dikatakan takdir. Takdir yang mengharuskan kita untuk bersatu dalam ikatan yang resmi. Sah menurut agama dan sah pula menurut hukum negara. Dan begitulah takdir ini terus berjalan. Aku menemanimu dan terus menjadi semangat dalam meraih asa yang kita impikan bersama. Aku terus menjadi pengontrol hidupmu dan juga penyemangat hidupmu. [caption id="attachment_123186" align="aligncenter" width="266" caption="berjalan beriringan dan selalu bersama..."][/caption] Tanpa terasa 12 tahun sudah pernikahan ini. Semua berjalan begitu indah dan tak pernah ingin usai saat kita bersama. Melalui hari-hari bersama dalam suka dan duka, dalam canda dan tangis. Tanpa terasa, rambut kita pun mulai diwarnai uban. Tubuh kita mulai melebar. Rumah kita sudah terasa sempit dengan hadirnya 2 buah hati. Dan berbagai perubahan seiring berjalannya waktu. [caption id="attachment_123194" align="aligncenter" width="282" caption="2 buah hati"][/caption] Hingga saat ini kita juga masih punya asa yang sama. Membesarkan 2 buah hati kita bersama. Mendidiknya hingga menjadi pribadi yang mandiri. [caption id="" align="aligncenter" width="352" caption="bersama mendidik buah hati"][/caption]
KEMBALI KE ARTIKEL