oleh edi sst
/1/
Tidak seperti malam-malam yang lalu
Tadi malam kau telusupkan sebuah mimpi – antara jaga dan tidurku
Sebuah teks terbentang tentang dirimu (ini sungguh lucu)
Seorang penulis dan pemilik rumah makan di India
Seorang mahasiswa, mungkin dari pinggiran Calcutta
Kau sebut sebuah nama, siapa? Seingatku: Gladys
Hm, benarkah kamu yang datang?
Atau itu hanya perihal rasa yang usang – membayang di rembang petang
Betapa sebuah wajah berselibat tak sempat kucatat
Semua yang ada tertimpa warna pelangi
Separas wajah dan sebuah episode yang membasuh – indah tak terperi
Seperti cerita-cerita yang kautulis, kadang mencair dan membesi
/2/
Aku terbangun, angin masih mendesah
Embun belum membentuk, muram pun tumpah – beruntun berbilah-bilah
Di sudut bibirmu seringai itu menjadi samar dan liar
Aku masih tersenyum geli: orang India? Aneh!
Ah, menikmati senja saga di kafe pelabuhan Calcutta yang segar
Apa mahasiswa di sana suka jadi pembantu rumah tangga?
Kunikmati mimpi itu, betapa ingin
Juga saat kaki tergelincir menginjak deretan huruf-huruf yang licin
(Itu karena kisahmu berlumut diterpa angin dingin)
Andai kau tahu, betapa rasa ini merintik
Coba kau hitung kisah demi kisah bak memoar – terpercik oleh jari lentik
Sebuah episode pun melenting menjelma titik putik
/3/
Pagi-pagi sekali
Sepenggal mimpi dibawa para kurcaci
Tersesat di sudut perigi, terbasuh tak kembali
Semarang, Mei 2013