Ketika sebuah email, diiringi SMS, dan juga telepon, masuk kepada saya sekitar 2 minggu lalu dan meminta saya menjadi salah satu Juri di ajang INAICTA 2012, saya langsung setuju. Terbayang dalam pikiran saya ribuan anak muda Indonesia, mulai dari tingkat SD, SMP, SMA hingga PT sibuk menyiapkan dirinya untuk mengukir prestasi tertinggi dalam berbagai lomba yang pada dasarnya memanfaatkan aplikasi atau tentang Telematika. Telematika adalah bahasa lain untuk Information and COmmunication Technology (ICT). Telematika adalah bidang atau juga sering disebut sektor pembangunan ekonomi yang memanfaatkan berbagai kemajuan terkait dengan telekomunikasi, elektronika dan IT (Information Technology). DAlam era global dan kemajuan teknologi tinggi saat ini, telematika juga dilihat sebagai bentuk konvergensi dari berbagai aplikasi  elektronika telekomunikasi, broadcasting, dan  IT. Demikian berbaurnya berbagai aplikasi, maka telematika juga sering dikaitkan dengan berbagai aplikasi permainan (game) dan musik, baik yang online ataupun tidak. Begitu pentingnya telematika, ia telah ditetapkan menjadi salah satu  dari 22 kegiatan utama yang telah dicanangkan dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan EKonomi Indonesia (MP3EI) sebagaimana tertuang dalam Perpres 32 tahun 2011. Telematika bersama-sama dengan Rencana Strategis Logistik dan Transportasi Nasional, menjadi kunci pembangunan konektivitas nasional dalam rangka membangun ke 6 koridor ekonomi utama. Nah,
INAICTA jelas bukan
Indonesian Idol atau
Indonesia Mencari Bakat dalam dunia seni atau pertunjukan. Ia lebih menekankan dan menuntut pengetahuan teoritis maupun praktek tentang telematika. Berbagai varian bisa diturunkan dari berbagai aplikasi pemanfaatan telematika saat ini. Jelas sangat luas cakupannya. Mulai dari pemanfaatan ICT untuk pembelajaran, menambah produktifitas, pemasaran, perencanaan, pariwisata dan perhotelan, hingga hampir ke seluruh cabang kehidupan. Bukan kah kita saat ini sudah semakin terbiasa dengan "gadget" dan berbagai konsekuensinya dalam keseharian. Kita lebih sering memencet tuts atau keypad smartphone kita dibanding sekedar mengelus tangan istri atau tangan anak tersayang kita? Kita lebih sering membuka email dari pada menanyakan apa yang hari ini dihadapi oleh anak kita di sekolah? Karena berbagai perubahan sosial ekonomi yang terjadi dalam kehidupan saat ini sangat lekat dipengaruhi oleh aplikasi telematika, maka lomba kreativitas di ajang INAICTA ini menjadi semakin menarik. SAya hanya kebagian menjadi juri untuk tingkat universitas. Meskipun satu hari, jelas suatu tugas mulia dan juga membanggakan. Sekaligus mengharukan. Mulia karena kita menjadi juri bagi lomba dan kompetisi yang diikuti oleh mahasiswa atau peserta yang telah susah payah berkarya. Â Rasa haru muncul ketika melihat mereka dalam usia muda sudah bisa berprestasi. Mengingatkan kita pada usia yang sama, mungkin dulu hanya sibuk kuliah dan mencari pekerjaan untuk diri sendiri, untuk makan dan kehidupan pribadi. Tanpa sempat terpikir atau sudah memikirkan kemajuan bangsa dan negara. Mereka mencoba mencari terobosan dalam berbagai hal. Ada yang membuat aplikasi pembelajaran melalui Handphone bagi penyandang tuna netra. Dengan bantuan keypad HP yang mempunyai tonjolan di angka tertentu (tergantung jenis hpnya) dan dibantu denagn aplikasi Android, mereka berusaha membantu para penyandang cacat. Mulia sekali bukan? Ada peserta menampilkan I-hand, yaitu aplikasi yang melengkapi bagaimana bahasa isyarat untuk penyandang tuna rungu harus dikembangkan dan dipermordern dengan aplikasi dan bantuan pesawat HP. Tidak kurang pula seorang anak muda dari SUrabaya menampilkan bagaimana memanfaatkan space toko yang terbatas bisa menjadi virtual etalase buat dagangan mereka mulai dari baju, tas dan sepatu. Dengan memanfaatkan tambahan alat Kinect yang lebih sering digunakan untuk game, ia mampu menarik perhatian dewan juri dengan aplikasi yang sangat baik untuk pemasaran produk. Di samping berbagai aplikasi untuk memudahkan penyandang cacat, juga tampil seorang anak muda dengan gaya yang sederhana dan apa adanya menampilkan karya yang jika nanti berhasil akan memudahkan seluruh pengguna komputer untuk memanage komputernya dari virus dan malware, dengan harga yang lebih murah dan praktis. Seorang anak muda dari Manado dengan jitu mengambil Tarcius, hewan kecil yang lucu dan langka, sebagai bagiand dari proyeknya untuk memberikan pembelajaran agar hewan lucu ini bisa dikenali, lebih disayang, dan dilindungi. Dengan menggunakan Augmented Reality, ia mampu menampilkan berbagi menu untuk menyampaikan informasi text, gambar, maupun suara. Jelas suatu kemajuan besar dalam dunia pendidikan. Hal yang sama juga dilakukan oleh beberapa siswa dari malang dan berbagai kota lainnya. Mereka menampilan pembelajaran tentang tata surya termasuk ilmu alam, bintang, dan galaxi yang ada di universe ini dengan menggunakan aplikasi yang sama. Sekelompok anak muda dari Jogya mampu memanfaatkan berbagai kemajuan ICT untuk terapi Dyslexia yang tentu saja tidak bisa dipandang enteng diera kesehatan yang terus menjadi perhatian dunia. Mereka menggabungkan berbagai ilmu seperti linguistik, budaya, psikologi dan meramunya bersama-sama dengan aplikasi ICT menjadi suatu peluang baru melaksanakan terapy suatu jenis penyakit atau kelainan, sekaligus peluang usaha dan bisnis yang menjanjikan. SIngkat kata, ICT yang telah merambah ke segala bidang kehidupan hendaklah terus ditingkatkan perannya menjadi suatu aplikasi yang produktif, bernilai ekonomi, dan sekaligus membantu pelaksanaan dan kelancaran proses sosial budaya anak manusia. Siapapun yang menang untuk setiap kategori, bagi saya saya tidaklah masalah. Namun mereka layak mendapatkan penghargaan yang setimpal atas jerih payah mereka. Saya ucapkan selamat bagi pemenang yang akan diumumkan malam nanti. Â Panitia yang sudah bekerja sangat keras, profesional dan penuh dedikasi juga perlu mendapat acungan jempol dari seluruh stakeholder ICT Indonesia. Mereka telah mengerahkan seluruh kemampuan, bukan hanya managerial tapi juga kemampuan memanfaatkan aplikasi ICT dalam proses selekesi, penjurian hingga management pelaksanaan yang juga dilakukan disalah satu Pusat Perbelanjaan yang modern dan menyediakan berbagai keperluan ICT seperti hotspot/wifi hingga design ruangan yang unik dan sangat dekat dengan ICT itu sendiri. Kalaupun ada yang tertinggal dan sangat butuh perhatian adalah bagaimana Ditjen HAKI bisa membantu seluruh peserta mendaftarkan ciptaan dan karya mereka sehingga resmi terlindungi dari berbagai pembajakan hak cipta. Tidak perlu lah mereka membayar uang beberapa juta rupiah, jika sebagian tax payer money itu bisa dialokasikan dalam anggaran Ditjen HAKI, bukan dari kantong mereka yang masih terbata-bata menatap dunia bisnis dan industri kita. Semoga usul ini bisa terlaksana tahun depan dan seterusnya. Dan seluruh peserta kompetisi serta pembimbing mereka tidak patah semangat bila tahun ini belum menjadi yang terbaik. Masa depan milik anda anak muda, lupakan saja Indonesia yang masih bertengkar dan saling cakar! Suatu saat nanti mereka akan capek sendiri dan kita akan menatap Indonesia menjadi negara maju. Semoga!
KEMBALI KE ARTIKEL