Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

"Selamat Jalan Boss!"

5 Februari 2011   09:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:52 448 1
Tanggal persis kejadiannya saya lupa. Tapi masih sekitar 1,5 tahun lalu, kalau tidak hari Sabtu ya hari Minggu. Ketika itu saya sedang memacu kendaraan Innova kantor menuju kawasan Jagorawi. Masih subuh menjelang pagi, saya sudah berada di ruas Tol Bogor-Jakarta. Undangan seorang teman untuk mengikuti sebuah turnamen memaksa saya berkendara cukup kencang, yaitu di batas kecepatan yang diizinkan sekitar 80  km/jam. Terkadang mencapai 100 hingga 120 km/jam ketika menyalib kendaraan lain.

TIdak berapa lama, lajur kanan yang saya lalui sedikit melambat. Selidik punya selidik, ternyata beberapa kendaraan truk besar sedang beriringan membawa personel TNI menuju arah Bogor. Praktis lajur kanan yang mestinya bisa memberikan kesempatan pengendara untuk lebih kencang menjadi tersendat. Di saat itulah dibelakang saya sebuah kendaraan mewah [seingat saya Mercedez Bens Minibus berwarna hitam] berkali-kali memberikan lampu dim besarnya memberi isyarat untuk menepi agar ia bisa mendahului. Saya yang juga tertahan oleh beberapa mobil lain dan iring2an truk tidak memberi jalan sambil tetap menjaga jarak dengan kendaraan di depan yang semakin melambat.

Terus-terusan di"semprot" dengan lampu dim besar membuat saya kesal juga dan bertahan saja dilajur kanan hingga satu per satu truk TNI itu  mulai pindah ke lajur tengah. Setelah semua truk TNI tadi berhasil saya dahului dan mobil di depan sudah kosong barulah saya pindah ke lajur tengah memberikan jalan kepada mobil Mercedez tadi. Dalam hati saya santai saja, toh kondisi yang ada saat itu membuat laju semua kendaraan yang di lajur paling kanan menuju Bogor itu menjadi  melambat. Bukan salah saya.

Namun setelah membayar tol di pintu tol sekitar CIbubur sayapun terkesiap ketika saya lihat Mercedez Hitam tadi sengaja berhenti di sebelah kanan, persis setelah loket pembayaran. Dalam hati saya bicara, ini orang masih mencari gara-gara saja. Saya pun mensejajarkan mobil kantor dengan mobil Mercedez tersebut. Tidak imbang memang. Tapi siapa takut? Saya tidak merasa bersalah, kalau pemiliknya atau supir mobil mewah itu mau cari gara-gara di terang pagi itu, apa boleh buat. Bisa jadi pemiliknya adalah pejabat tinggi yang ingin menjewer saya, PNS kelas teri. Aku siap melayani, begitu yakinku. Atau, jangan2 ini salah seorang teman atau sahabat yang ingin bercanda, curiga saya. Tanpa menunggu, saya turunkan kaca jendela. Bersamaan, sipengendara itu juga menurunkan kaca pintu penumpang sebelah kiri. Saya bisa melihat jelas siapa wajah nya. TErnyata ia adalah seorang lelaki muda yang gagah, yang dengan mantap mencoba menasehati saya. Kira-kira ucapannya adalah "Pak, kalau lajur kanan itu untuk mendahului!". Ia menasihati, meski sedikit arogan saya merasakan ada perasaan hormat dari dia juga.

Saya tidak jadi terpancing emosi. "Tahu Boss, tapi anda lihat sendiri kan banyak truk tentara yang lambat di lajur kanan!" begitu jawabku tidak kalah tegas sekaligus mencairkan suasana. Meski sering kesal dan sebal dengan perilaku pengendara mobil mewah yang tidak mau tahu dengan kondisi mobil orang lain atau jalan, kali ini saya berhasil bicara tenang dan tidak emosi. Setelah memperlihatkan raut muka berbasa basi, si pengendara itupun meneruskan perjalanannya dengan kencang, saya pun mengikuti dari belakang sekedar memperlihatkan bahwa saya juga buru-buru mengejar waktu dan tidak ingin sengaja menghalangi laju kendarannya.

Tidak berapa lama, saya pun sampai di salah satu exit tol Jagorawi. Di depan saya ternyata ikut pula membayar si pengendara Mercedez tadi, saya ikuti lagi dibelakangnya. Setelah Exit, ia berbelok ke kanan, lalu saya ikuti pula. Ternyata tujuan kami sama dengan turnamen yang sama.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun