Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

Perempuan dari Malmedy 20: Minta Dipeluk?

17 Februari 2012   12:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:32 336 0

EPISODE 19 : HOLOGRAM CANTIK bisa dibaca di sini

EPISODE 20: MINTA DIPELUK?

Pitra, Karin dan Zaldy menatap lekat ke arah hologram bersosok Riri dengan pandangan tajkub. Selain bisa bergerak seperti manusia, hologram itu memiliki minim wajah lengkap dengan gerakan detail.

“Baiklah, Pitra. Tadi kubilang aku sengaja tidak akan membuka pakaianku karena aku berharap kau akan cari sendiri hal-hal yang menarik dariku….,” hologram Riri mulai berbicara. Pitra tahu betul itu suara Riri, dan itu kata-kata Riri ketika mbak ini mengundangnya ke kamarnya malam itu. Zaldy menatap Pitra dengan senyum menggoda. Pitra mulai merasa sangat tak nyaman. Sekilas ia melirik Titon, yang masih diam terpaku tanpa ekspresi.

“Tapi, karena kau tak segera beranjak dan memulai apa yang mungkin kau inginkan, aku akan bantu kamu….,” perlahan kata-kata hologram Riri, lebih merupakan desahan, dan perlahan pula sosok hologram itu melepas tali pengingat gaun longgar yang melingkar di pinggang, diikuti dengan gerak kedua belah tangan hologram Riri yang meraih belahan atas gaun dan melepaskannya. Sesosok hologram dalam imaji tanpa busana, dengan detail-detail dan bentuk tubuh yang rapi dan sempurna, kini berdiri di hadapan Pitra, Karin dan Zaldy.

Edan tenan!” celetuk Zaldy, “benar mbak Riri melakukan ini, minta kamu pelakuk, saat itu?” tanya Zaldy. Pitra yakin Zaldy ingin tahu kelanjutannya.

Manakala hologram itu mendekat ke Pitra dengan kedua belah tangan dalam gerakan minta dipeluk, Pitra berseru.

“Stop!Hentikan!” kata Pitra.

“Apa-apaan. Ini seru!” protes Zaldy, menyela Pitra.

“Hentikan!” Pitra menyorot tajam ke arah anak buah Smallstone yang sedang sibuk mengoperasikan computer. “Tak perlu melecehkan aku dan Riri dengan cara ini,” Pitra berubah menatap Smallstone.

Smallstone terkekeh dan memerintahkan para operator computer untuk menghentikan operasinya. Hologram Riri itu bergerak seperti mengembalikan letak busana yang telah dilorotkannya.

“Aku baru tahu jelas inilah rupanya pekerjaan mereka,“ ujar Karin sambil tetap mengawasi hologram yang masih berputar-putar di bawah layar perak.

“Ya, mereka membuat hologram tiga dimensi yang bisa digerakkan dan dikendalikan dengan mengambil bentuk dari objek tertentu,” kata Zaldy. ”Tapi untuk apa semuanya ini?”

“Mereka ingin membangkitkan jasad Inrenanu dengan cara yang sama seperti mereka membuat hologram Riri,” jawab Pitra.

“Ya, tapi untuk apa?” otot Zaldy.

”Aku tak tahu. Yang kupikirkan sekarang adalah bagaimana cara menyelamatkan mbak Riri”

”Menyelamatkan? Aku pikir tidak perlu lagi,”ujar Zaldy. ”Kau lihat Titon. Dia yang tunangan Riri, malah tak punya rasa belas kasihan dan membiarkan gadisnya dijadikan kelinci percobaan.”

”Titon berubah jahat. Itulah sebabnya kita harus menyelamatkan Riri,” sela Pitra.”Kita harus membebaskan Riri dari Titon. Zaldy bengong.

”Lihat, kini bayangan Riri kembali ke layar dan berputar-putar tak jauh dari bentangan layar,” Pitra menatap ke atas. Zaldy dan Karin mengikuti gerakan bayangan Riri yang semakin lama semakin memburai dan kehilangan wujud . Sesaat kemudian gumpalan cahaya dan asap itu melemah, memudar dan seolah sirna tertiup angin. Zaldy melihat Gerard sibuk sekali melakukan pengendalian lewat komputer, dan kemudian berdiri bersamaan dengan lenyapnya gumpalan di layar, diikuti dengan sirnyanya lontaran cahaya satu persatu dari kesepuluh lensa sorot.

”Sebuah pertunjukkan yang indah, bukan?” Smallstone berjalan ke arah Pitra. Gerard, Kelmer dan Domonique kembali ke tempat semula mereka berdiri. ”Sekarang, setelah Anda sekalian menyaksikan sebagaian kecil dari penelitian gemilang ini, saya ingin menekankan bahwa bagian terpenting dari penelitian ini masih belum saya peroleh. Terus terang, saya ingin membangkitkan jasad Inrenanu yang kini tersimpan di tempat yang aman di sekitar sini,” Smallstone memasukkan ke dua tangannya ke saku celana.

”Tapi membangunkan Inrenanu untuk kemudian dikendalikan lewat komputer ternyata tak mudah. Di dalam jasad beku Inrenanu masih terdapat gelombang-gelombang roh yang amat berbahaya bila disinari. Aku memerlukan penangkal gelombang-gelobang roh itu,” Smallstone kemudian memperhatikan Karin.

”Jarum Kalugatii! Benda itulah kunci sukses penelitian ini dan juga kunci keselamatan kalian dan keselamatan Riri serta keselamatan semua orang yang ada diruangan ini,” smallstone berhenti didepan Karin, ”Aku menginginkan jarum Kalugatii,” suara Smallstone menjadi tegas dan serius. Matanya seperti hendak mencuat keluar ketika mengucapkan kalimat terakhir ini.

Karin mundur setapak, ”Bagaimana kalau aku tak memberikan jarum itu padamu?” tantang Karin. Smallstone tersenyum.

”Jika aku tak mendapatkan jarum itu, aku akan suruh Titon mencincang tunangannya sendiri. Ia pasti tega melakukan itu. Dan aku tahu pasti, ada seseorang yang tidak menginginkan ini terjadi,” Smallstone ganti menoleh Pitra, ”Kau ingin menyelamatkan Riri, bukan?” Smallstone menatap Pitra.

Pitra terpaku di tempatnya. Ia berusaha melawan tatapan mata Smallstone yang tegas dan kuat, dan mengamati senyum licik di bibir Smallstone.

”Kalian bukan pemuda-pemuda martir yang siap mati konyol atau siap mengorbankan orang lain untuk sebilah jarum yang ada artinya bagi kalian,” urai Smallstone melangkah kembali kearah Karin.

”Dan kau adalah wanita paling bodoh yang pernah kujumpai. Kau mau menyiksa dirimu dan diri orang lain dengan melarikan jarum itu dariku,” Smallstone berjalan naik ke tempat yang lebih tinggi.

”Dengar, aku tahu jarum Kalugatii berada di tangan salah satu dari kalian. Tapi aku tahu pasti itu berada pada kalian kalian. Tapi aku tahu pasti itu tidak berada di tangan perempuan Malmedy itu,” ajar Smallstone tersenyum mengejek.

”Baiklah, aku punya gagasan. Aku berlagak tak tahu dimana kalian sembunyikan jarum Kalugatii. Aku beri kalian kehormatan untuk menguasai jarum itu beberapa saat. Aku tak memerlukan jarum itu sekarang. Tapi 13 jam dari sekarang adalah saat yang tak dapat ditawar lagi bagi kalian untuk memberikan jarum itu padaku. Rekan-rekan sudah tak sabar lagi untuk menikmati puncak penelitian ini. Tiba saatnya membangunkan Inrenanu dan memberinya tugas mulia sebagai objek penelitian yang akan menggemparkan dunia,”cerocos Smallstone.

”Katakan apa yang akan kau lakukan dengan hologram Inrenanu?” teriak Karin tiba-tiba, amarahnya tampak tak terbendung lagi.

”Aku tak akan mengatakannnya sekarang!” jawab Smallstone. ”Tapi kau dan rekanmu, kitasemua akan dihancurkan oleh Inrenanu. Kau akan benar-benar kukendalikan!”

”Tapi kau pernah gagal. Inrenanu pernah lepas dan mengejar jarum Kalugatii dariku,” potong Karin, nyaris berteriak.

”Tidak akan lagi! Rekan-rekanku telah telah bekerja dengan baik dalam pengendalian hologram,” ujar Smallstone tenang.

”Kau perlu dengar aku, bajingan ilmiah tengik!,” Karin maju kedepan, ”aku tak akan memberikan jarum Kalugatii padamu. Tidak akan! Tak ada seorang manusiapun yang bisa kau korbankan untuk penelitian ilmiah sehebat apapun. Dunia akan mengecam kau!”

”Kau belum memahami bagaimana sebuah kepentingan bisa mengalahkan segalanya,” balas Smallstone.

”Aku memang tak memahami rencanamu. Tapi aku bisa mencium batapa busuknya akibat dari rencanamu itu. Dan sebagus bagusnya rencana, kalau menimbulkan pemusnahan manusia itu sama dengan penistaan terhadap perkembangan pengetahuan. Kau tak bisa bermimpi memaksa aku dengan mengatakan aku tak paham rencanamu. Tak akan kuberikan jarum itu padamu,” berapi-api sekali Karin mengucapkan ini.

”Tak apa-apa,” Smallstone tersenyum, sama sekali tak terpengaruh berondongan kata-kata Karin, ”Aku tidak akan memintanya darimu. Aku memintanya dari Pitra. Dia yang membawa jarum itu,” kata Smallstone.

”Aku tidak sudi memberikan padamu sebelum aku berusaha menggagalkan rencanamu,” Pitra menyorotkan matanya setajam harimu, seakan mendukung nada bicara Karin yang sudah habis-habusan menunjukkan pembelaan. Smallstone tampak mulai geram.

”Baik, orang-orang tolol. Kuberi kalian waktu 13 jam dari saat sekarang. Tak akan kusuruh orang-orangku menggeledah ruanganmu dan tak kuminta mereka menguntitimu. Tapi kau perlu tahu seluruh ruangan dibawah kincir angin ini dilengkapi sensor suara yang dapat menyadap danmemantulkan percakapan kalian dalam bahasa apapun ke dalam bahasa yang kami mengerti”!”

”Setan gundul! Pantas Londo-londo gendheng ini ngerti coro Jowo! Ingat waktu aku melemparkan celana dalam kedepan Fred?” komentar Zaldy.

”Jangan bilang kami ’Belanda gila’, nanti kuledakkan kepalamu,” tiba-tiba Fred menyergap krah baju Zaldy. Secepat kilat Pitra menyeruduk Fred dan menjauhkan Zaldy dari cengkaraman Fred. Fred bernafsu sekali membalas Pitra kalau Smallstone tak segera mencegahnya.

”Cukup!” Smallstone tersenyum kecil. ”Sekarang kalian percaya kami bisa menyimak semua pembicaraanmu?”

”Ya, tapi jangan terlalu sombong. Kau cuma bisa mendengar tapi tak bisa mengucapkannya,” ledek Zaldy.

”Ha....ha.... kau benar. Kau benar. Tapi kau harus mengakui kehebatan ruangan ini. Dan kau akan yakin lagi bila terbukti kau tak akan bisa melakukan upaya-upaya yang berarti untuk menyelamatkan diri dari ruang ini,” Smallstone tertawa sampai tubuhnya terguncang-guncang.

”Fred, Karl, dan Ruud, kini persilakan tamu-tamu kita beristirahat, dan biarkan mereka makan sekenyangnya!” Smallstone membalikkan badan, diikuti rekan-rekan yang lain masuk kepintu belakang.

Titon, tanpa memperhatikan Karin, Zaldy dan Pitra, melangkah kepanggung perak dan membopong Riri masuk ke pintu itu pula mengikuti yang lain-lain.

Dengan kasar Fred dan Karl serta Ruud mendorong Pitra, Zaldy dan Karin keluar keruangan lewat pintu lain. Benak Pitra kini benar-benar terpaku pada Riri. Ketika Pitra berusaha menoleh ke arah pintu masuk Smallstone, ia sempat melihat Riri menatapnya. Samar-samar ia melihat bibir Riri bergerak, dan sayup-sayup terdengar suara Riri.

”Pitra....Pitra....!”

(BERSAMBUNG KE SINI)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun