Ini kisah nyata. Teman saya, asal Surabaya, bermobil di Jakarta, mencoba menemukan jalan RE Martadinata. Lama berputar-putar, akhirnya ia berhenti di pinggir jalan untuk bertanya pada seorang pemuda. “Maas, Maf. Jalan Martadimana di nata?”. Yang ditanya tentu saja bingung, karena seharusnya teman saya itu bertanya , “Maaf, Mas. Jalan Martadinata di mana?”
Ternyata, bicara terbolak-balik ini bisa dan biasa terjadi pada banyak orang. Teman saya yang lain, kalau lagi marah pada anaknya akan bilang, “Nanti saya kuping jewermu”, atau “Nah, Idi nia”. Yang terakhir ini dia mau bilang “Nah, ini dia”
Apakah bicara terbolak-balik itu hanya terjadi dalam bahasa Indonesia? Tentu saja tidak. Ini melanda semua bahasa, termasuk bahasa Inggris. Kalimat ‘go and take shower’ (pergi mandi sana), bisa keliru dengan ‘go and shake a tower’ (sana goyang menaranya). Orang yang mau bilang ‘I must send the mail’ (saya harus kirim surat ini), bisa salah bicara menjadi ‘I must mend the sail’ (saya harus perbaiki layarnya). Kalimat ‘you have wasted two terms’ (kamu telah menyia-nyiakan dua term), bisa salam menjadi ‘you have tasted two worms’ (kamu sudah mencicipi dua cacing).