Hal yang menarik, menurutku, adalah bagaimana dia dengan bangganya menyekolahkan anak-anaknya di sana. Kebetulan masih setingkat SD. Usia anaknya kira-kira sebaya dengan anak pertamaku yang masih kelas 1 SD. Ternyata saat yang sama, anaknya baru mulai membaca, itu pun mengeja.
Aku teringat, saat-saat indah masih di bangku SD, era '80-an. Buku yang kami pinjam, kala itu masih minim, adalah buku membaca. Tokoh utamnya adalah Budi, dengan saudara-saudaranya, Arman, Wati, dan Iwan. Itulah materi yang menjadi kurikulum di negeri Si Siti Nurhaliza.
Coba kita sedikit jujur melihat kondisi anak-anak kita yang sedang memasuki sekolah SD. Ribet..., SUPER RIBET. Pemaksaan demi pemaksaan tanpa peduli terhadap hak kekanakan mereka. Sedih melihat anakku sendiri, saat dia berpacu dalam belajar.
Ketakutanku mulai timbul, APAKAH MEREKA TIDAK AKAN BOSAN BELAJAR NANTINYA? Tengok ke tingkat-tingkat dasar dan menengah berikutnya. Anak didik dijejali dengan berbagai ilmu. Jam belajar begitu panjang. Katanya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Nyatanya, NEGERI INI KORUP, dan masih korup. Tawuran. Sex bebas. Narkoba,...
Tingkat pendidikan negeri ini, cukup terwakili dengan prilaku para pejabat dan pemimpin negeri ini. Seandainya Malaysia 100 meter dari rumahku, oh anakku..., akan kupindahkan sekolahmu ke sana.***e.n.