Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Pindah Sekolah

2 Desember 2014   05:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:17 20 0
Satu hari, tengah duduk seorang laki-laki berpenampilan ok! Persis di sampingku sebuah bangku dalam bis umum. Dari obrolan kami, dia ternyata seorang dosen mata kuliah Ekonomi. Di saat yang sama, dia masih menempuh pendidikan pasca sarjana di negeri jiran, Malaysia.

Hal yang menarik, menurutku, adalah bagaimana dia dengan bangganya menyekolahkan anak-anaknya di sana. Kebetulan masih setingkat SD. Usia anaknya kira-kira sebaya dengan anak pertamaku yang masih kelas 1 SD. Ternyata saat yang sama, anaknya baru mulai membaca, itu pun mengeja.

Aku teringat, saat-saat indah masih di bangku SD, era '80-an. Buku yang kami pinjam, kala itu masih minim, adalah buku membaca. Tokoh utamnya adalah Budi, dengan saudara-saudaranya, Arman, Wati, dan Iwan. Itulah materi yang menjadi kurikulum di negeri Si Siti Nurhaliza.

Coba kita sedikit jujur melihat kondisi anak-anak kita yang sedang memasuki sekolah SD. Ribet..., SUPER RIBET. Pemaksaan demi pemaksaan tanpa peduli terhadap hak kekanakan mereka. Sedih melihat anakku sendiri, saat dia berpacu dalam belajar.

Ketakutanku mulai timbul, APAKAH MEREKA TIDAK AKAN BOSAN BELAJAR NANTINYA? Tengok ke tingkat-tingkat dasar dan menengah berikutnya. Anak didik dijejali dengan berbagai ilmu. Jam belajar begitu panjang. Katanya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Nyatanya, NEGERI INI KORUP, dan masih korup. Tawuran. Sex bebas. Narkoba,...

Tingkat pendidikan negeri ini, cukup terwakili dengan prilaku para pejabat dan pemimpin negeri ini. Seandainya Malaysia 100 meter dari rumahku, oh anakku..., akan kupindahkan sekolahmu ke sana.***e.n.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun