KITA patut berbangga. Tentara kita (TNI) menjadi juara umum dalam lomba menembak di Australia bertajuk “Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) 2015” yang digelar pada 2- 23 Mei 2015 di di Puckapunyal, Victoria, Australia. Ada 16 tim dari 14 negara peserta yang mengikuti lomba ini. Dari 50 medali emas yang diperebutkan, tentara kita merebut 30 medali alias 60 persen! Tentara kita juga dapat 16 perak dan 10 perunggu.
Tuan rumah Australia jadi nomor dua, itupun dengan empat medali emas saja, tujuh perak, dan lima perunggu. Sedangkan tentara Amerika Serikat - yang kita kira lebih hebat - hanya menduduki urutan tiga. Jangankan kelas Asia, kita bahkan lebih unggul dibanding peserta dari negara-negara Eropa. Mereka tak percaya lalu meminta agar senapannya dibongkar. Panglima TNI menolak jika hanya senapan kita saja yang dibongkar. Harus bongkar senapan dari semua peserta. Tetapi mereka melupakan fakta bahwa sudah delapan tahun berturut-turut TNI selalu menjadi juara umum pada ajang tersebut.
Seperti dilaporkan sejumlah situs berita, dalam lomba tersebut TNI menggunakan empat jenis senjata, yaitu senapan SS-2 V-4 Heavy Barrel dan pistol G-2 (Elite & Combat) buatan PT Pindad, senapan SO-Minimi buatan Belgia, senapan GPMG (General Purpose Machine Gun) buatan Belgia, dan senjata sniper AW buatan Inggris.
TNI menggunakan tiga jenis senjata produksi anak bangsa, yakni generasi kedua SS2 (senjata serbu dua), pistol G-1 Elite kaliber 9 mm dan G2 Combat kaliber 9 mm. Di situs resmi PT Pindad, dijelaskan bahwa generasi kedua SS2 (adiknya SS1) diluncurkan tahun 2006. Pembuatannya didasarkan pada keinginan menciptakan senapan serbu yang lebih teliti dan lebih ringan. Ada empat varian SS2, yakni tipe standar (SS2-V2), untuk lomba (SS2 V4), dan seri komando (SS2-V5). Memiliki desain lebih ergonomis, akurasi lebih baik, tahan terhadap kelembaban tinggi, dan lebih ringan (kurang lebih 4 kg). Jangkauan tembak mencapai 400- 600 meter, dilengkapi teleskop Trijikon atau Close Quarter/Tactical CQT. SS-2 dapat dipasangi peredam, teropong malam, bayonet, serta pelontar granat kaliber 40 milimeter.
Penulis tak pandai mengulas soal teknis, misalnya keunggulan dan kelemahan senjata buatan PT Pindad dibanding senjata sejenis buatan bangsa lain. Hanya bisa bangga pada kehebatan tentara kita dan kagum pada kehebatan bangsa kita memproduksi senjata yang sudah terbukti keandalannya. Penulis ingat, beberapa waktu kita juga telah memproduksi beberapa kendaraan tempur canggih, yakni Panser Anoa, tank Amphibi (PAL-AFV), kapal perang KRI-Krait-827, dan pesawat tanpa awak Smart Eagle. Semua itu bikinan PT Pindad maupun hasil kerjasama dengan PT PAL, PT Aviator Teknologi Indonesia, dan lainnya.
Sekali lagi, kita harus bangga. Ternyata tentara kita hebat dan senjata buatan bangsa sendiri (PT Pindad) juga unggul. Kita adalah bangsa kelas satu, bukan bangsa kelas dua, apalagi kelas tiga. Tidak ada alasan kita menjadi inferior di hadapan bangsa manapun. TNI menunjukkan bahwa kita setara dengan mereka!
Tapi, sebagai rakyat, kita melihat ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh TNI agar lebih baik di masa mendatang. Misalnya masih terjadi perselisihan hingga perkelahian antar-angkatan di tubuh TNI sendiri maupun dengan unsur di Polri, seperti beberapa kali terjadi belakangan ini. Kita yakin TNI akan terus berbenah menjadi semakin baik dan profesional sehingga menjadi alat pertahanan negara yang disegani. Salute untuk TNI, salute untuk PT Pindad. Hidup Indonesia Raya! (*)