[caption id="attachment_319735" align="aligncenter" width="630" caption="Novela Nawipa (sumber: tribunnews)"][/caption]
SIAPA benar siapa salah, siapa jujur siapa dusta? Siapa pula yang menuding, siapa yang membantah? Ini kehidupan nyata atau telenovela dari Venezuela? Tuan Alfonso membeberkan bahwa Maria Mercedez telah diancam setelah memberikan kesaksiannya yang jujur dan apa adanya karena telah bersaksi di bawah sumpah sesuai agama dan keyakinannya. Belakangan Maria membantah dirinya diancam dan merasa ada pihak yang melebih-lebihkan cerita.
Ini bukan kisah telenovela dari Venezuela. Bukan pula sinetron tak berujung ala Indonesia. Ini real! Kisah nyata yang datang dari dunia persilatan, oh bukan, perpolitikan kita akhir-akhir ini. Ini soal saksi Novela Nawipa yang menghebohkan jagat persilatan lidah di Mahkamah Konstitusi (MK), Selasa (12/8/2014).
Setelah bersaksi dalam sidang perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) di Mahkamah Konstitusi, konon kabarnya Novela Nawipa diancam oleh pihak-pihak tertentu. Tak hanya diancam atau diintimidasi saja, rumah Novela di Kampung Awabutu, Kabupaten Paniai, Papua, telah dihancurkan orang tak bertanggung jawab. Ini pernyataan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Hashim Djojohadikusumo yang dilontarkan di Hotel Intercontinental Mid Plaza, Jakarta, Rabu (13/8/2014) dan disiarkan oleh berbagai media massa cetak maupun elektronik dan bergaung menggema menghebohkan jagad media sosial.
Tak hanya Novela. Saksi asal Papua lainnya, Martinus Adi, juga menyatakan dirinya menerima sms dan telepon bahwa istri dan anaknya diancam. Martinus sekaligus menegaskan bahwa rumah Novela di Papua juga telah dirusak orang tak bertanggungjawab.
Pihak kepolisian membantah adanya perusakan rumah Novela. Dikatakan, perusakan itu telah terjadi sebelum pemilihan presiden dan sama sekali tidak berkaitan dengan kesaksian Novela di MK. Polri yang sebenarnya sudah menjamin keamanan para pihak yang terkait di sidang sengketa Pilpres, termasuk para saksi, namun bersedia memberikan pengamanan khusus tambahan (bukan DPKTb) jika memang ada ancaman serius yang terstruktur, sistematis, dan masif terhadap para saksi.
Namun pihak Prabowo-Hatta menanggapi serius persoalan tersebut. Selain 'membunyikan sekeras-kerasnya' di berbagai media massa, mereka juga sigap memberikan perlindungan untuk menjamin keselamatan para saksi yang sangat berharga itu. Djoko Santoso, tim sukses Prabowo-Hatta, langsung memberikan perlindungan pertama pada keselamatan (bukan P3K) mereka. Para saksi itu 'terpaksa' diinapkan di rumah mantan KSAD itu. "Novela dkk mendapat ancaman dan ketakutan untuk pulang sehingga sementara ini meminta pengamanan dan saya silakan untuk tinggal di rumah," tegas Djoko Santoso pada diskusi ‘Kecurangan Pilpres 2014’ di Jakarta, Rabu (13/8/2014).
Bertepatan dengan HUT ke-69 Republik, Novela datang ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), untuk menyampaikan bahwa tidak ada ancaman terhadap dirinya. "Sampai saat ini saya tidak merasa diintimidasi dan tak ada tekanan. Itu keluar dari hati saya," ungkap Novela usai bertemu Natalius Pigai, Komisioner Komnas HAM yang rupanya sekampung dengan Novela di Paniai, Papua.
Oh Novela, mudah-mudahan setelah kamu ke Komnas HAM tidak ada lagi intimidasi dan ancaman terhadap dirimu. (*)