Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Hipokrit

9 Agustus 2010   17:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:10 160 0
HARI MInggu kemarin saya bertemu dengan seorang rekan (tepatnya adik) yang dulu pernah sekantor dengan saya. Dibanding dulu, sekarang dia agak hitaman. Dia menarik saya ke warung kopi. Ngajak minum.

Dia memuji saya. Saya pun membalas memuji dia.
"Tapi enakan yang dulu, Mas," katanya.

"Dulu yang mana," sahut saya pura-pura bego.

"Ya waktu sekantor sama si Mas lah. Semuanya jelas.".

Saya tersenyum. "Apanya yang enak kalau kita masih karyawan.".

"Ah, Mas ini selalu begitu.".

"Selalu begitu gimana?".

"Walaupun karyawan kan posisi dan tempat kerjanya enak.".

Sebetulnya rada malas (akhirnya) saya membahas masalah enak dengan status karyawan ini. Masa jadi karyawan enak?

"Kalau enak kenapa kamu dulu ke luar," timpal saya.

"Yah, itulah Mas, saya ke luar kan disuruh mengundurkan diri karena saya dituduh melanggar administrasi.".

Saya tatap matanya. Ada sedikit kekecewaan di sana. Lalu....

"Nah, kalau memang akan ke luar juga, kenapa sebelumnya kamu takut-takut waktu kita demo rame-rame menentang kebijaksanaan bos otoriter?"

Sesaat dia terdiam. "Masih ingat juga Mas rupanya.".

"Semuanya saya masih ingat. Termasuk waktu kamu dipanggil bos yang katanya kamu diiming-imingi sesuatu, asal jangan ikut-ikutan demo dengan kami."

"Itulah bodohnya saya, Mas."

Sebetulnya teman saya itu tidak bodoh. Cuma otak tak tangkap (hehehe). Tidak... Tidak. Rekan saya itu tidak bodoh tidak juga tak tangkap otaknya. Cuma rada sedikit penakut saja. Sebalik orang menentang bos, masa kita sendiri jadi matir untuk membela kepentingan bos. Lagian yang didemo bukan kantor, tapi murni oknum/diri pribadi si bos yang sudah jadi toxic leader. Tapi begitulah, orang-orang seperti rekan saya tadi, kabarnya jumlahnya tidak sedikit. Karena alasan takut dipecat, dan lalu jadi pengangguran, biarlah dibenci rekan-rekan asal karir melejit. Termasuk Andakah?@9VIII10.

*www.narasied.com

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun