Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Stop Tabung Gas 3 KG

24 Juli 2010   00:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:38 365 0
REKAN di FB, Bung Hermawan Aksan, meng-up date statusnya dengan apa yang dikatakan oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung Laksono yang mengatakan, bahwa karena kurang wawasan dan pengetahuan masyarakat menjadi penyebab terjadinya berbagai ledakan tabung gas. Dalam kurung Bung Hermawan Aksan menimpali; Nasib rakyat, sudah jadi korban, disalahkan pula.

Saya tersenyum sendiri membacanya. Sebab rekan lain, Bung Indra Allen menimpali juga: Statemen Agung Laksono, bahasanya terlihat halus tapi pada intinya dia menganggap korban ledakan tabung gas adalah orang-orang yang bodoh.

Bodoh? Kalau benar rakyatnya bodoh, tentu berarti, tentu menterinya juga bodoh. Sebab kalau dia menteri yang pandai, tentu dia ngajari rakyat bodohnya supaya pandai, gak pinter cuma ngomentari doing. Atau jangan-jangan rakyat ini tetap dibiarkan bodoh, supaya gampang ditipu, sebab kalau rakyat diajarkan pandai, cerdik, dan terampil, bisa-bisa nanti merongrong jabatan dan kekuasaan. Berkuasa di negeri orang bodoh kan bisa bikin langgeng kekuasaan (wah, ini tulisan malah ngelantur ke mana?)

Dan yang bikin lebih geli lagi, hape berdenyit tanda sms masuk, e, gak tahunya gambar unik: Senjata baru buatan Republik Indonesia. Gambar itu memperagakan dua orang TNI yang tengah memanggul senjata, semacam bazooka, yang mana pelurunya adalah tabung gas yang berwarna hijau kekuning-kuningan. Tahu kan, gambar yang di maksud? Ya tabung gas 3 kilogram yang sudah berubah menjadi senjata pembunuh (masal) di dalam rumah, terutama rumah-rumah keluarga kurang mampu (atau mungkin bodoh). Ke mana lagi hendak dibawa kesialan tinggal di negeri ini?

Betul memang, kalau dibanding dengan negara-negara di belahan lain semisal di Afrika sana, kita memang lebih enak. Perang boleh dikata tidak ada. Perampokan dan pencurian tidak sekasar di sana. Negeri ini relatif aman dengan gangguan-gangguan seperti itu. Tetapi kalau membaca tulisan Effendi Gazali di Kompas tanggal 23 Juli 2010 kemarin, soal Gas, Air Mata Rido, dan Istana: … bagaimana sesungguhnya karut-marut komunikasi politik di negeri ini. Membaca tulisan ini kita tambah trenyuh, bagaimana korban ledakan tabung gas itu dan hal-hal kecil (mungkin kecil menurut para pemangku jabatan itu) lain sepertinya tidak diseriusi dan dicarikan jalan ke luarnya. Sebab, masih di hari yang sama, Kompas halaman 19, menulis: Pemerintah Lamban Tangani Ledakan Gas. Semuanya hanya berkomentar tentang bagaimana tabung gas ini, itu, dan bla bla bla. Kenapa tidak diambil saja keputusan, STOP penggunaan tabung gas 3 kilogram itu. Kalau pun mau memakai tabung gas, kembalikan ke tabung 12 kilogram, tetapi kurangi harga gas-nya, mau gak?@

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun