Benar juga. Buat apa ya mengkomentari sesuatu yang tidak bisa memberikan rasa puas dan kebanggaan. Mending mengkomentari hal-hal yang membuat diri merasa puas dan hebat juga dibuatnya. Misalnya tentang tim-tim hebat yang akan berlaga di Piala Dunia tahun 2010 nanti. Bagaimana Brazil yang bisa menjadi negara langganan untuk keikutsertaannya di Piala Dunia. Atau tentang Jepang dan Korsel yang membuat wajah sepak bola Asia makin dikenal dan terkenal, walau belum secara keseluruhan negara-negara di Asia sepak bola itu merata majunya. Dan atau tentang wajah sepak bola Afrika yang makin disegani oleh orang-orang Eropa dan Amerika Latin. Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan nanti merupakan momentum hebat dan heboh buat sepak bola Afrika.
Tidak seperti Indonesia, mengurusi sepak bola saja belum 'becus', masih juga mikirin jadi tuan rumah Piala Dunia untuk tahun 2022. Mas Budiarto Shambazy bilang, "Kalau Indonesia berambisi menjadi tuan rumah 2022, pengurus PSSI mesti mempelajari infranstruktur di kota-kota Meksiko, Eropa, AS, ataupun Korea-Jepang. Lalu lintasnya jauh dari kesemrawutan. Bandara dan stasiun kereta apinya bersih, aman, dan nyaman mulai dari peron dan toilet."
Seperti halnya Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng juga sudah mengkomunikasikan dengan Nurdin (Halid), melihat kegagalan demi kegagalan sepakbola Indonesia, untuk mengevaluasi semua tentang PSSI. PSSI harus lebih fokus pada pembinaan prestasi sepak bola, bukan pada hal lain. Apakah 'hal yang lain' itu termasuk pencalonan menjadi tuan rumah Piala Dunia, seperti apa yang ditulis oleh Prasetyo Eko P/Gatot Widakdo dalam Catatan Sepak Bola (Kompas, Sabtu, 12 Desember 2009, hal. 29)
Jadi tuan rumah barangkali proyek lagi.