Walau memilihnya dengan cara spekulasi (karena tak bisa dilihat isinya), ternyata saya tak merasa rugi membawa pulang buku ini. Mengapa? Sesuai dengan judulnya, ada banyak bahan perenungan di dalamnya. "Buku ini mampu membawa pembaca mawas diri dan berkaca pada kebenaran...", tulis Lydia Ong dalam endorsement-nya.
Mari saya petikkan satu saja dari 120 subjudul di dalamnya, yang bertutur tentang kerendahan hati yang menggiring kerelaan untuk terus belajar. Kisahnya diinspirasi dari seorang judoka. "Jigoro Kano, pendiri ilmu bela diri judo, dikenal memiliki kemauan yang luar biasa dalam belajar. Ia mempelajari Jujiutsu yang hampir punah, lalu mengubah seni bela diri ini dengan memasukkan prinsip-prinsip olahraga modern, yang kemudian dikenal sebagai judo. Saat ini judo menjadi bela diri resmi polisi Jepang dan merupakan olahraga bela diri dari Timur pertama yang dipertandingkan di Olimpiade," demikian Agus Santosa memulai tulisannya dalam topik ini.
Menjelang kematiannya, Jigoro Kano memanggil murid-muridnya untuk menyampaikan kata-kata terakhirnya. Pintanya: "Jika kalian menguburkan aku, jangan kuburkan aku dengan sabuk hitam. Kuburkan aku dengan sabuk putih". Sabuk putih adalah simbul judoka pemula - murid yang belum piawai dan masih harus banyak berlatih.
Inilah pelajaran tentang kerendahan hati dan kerelaan untuk belajar yang luar biasa dari seorang Jigoro Kano kepada murid-muridnya. Sabuk putih Jigoro Kano mengingatkan kita bahwa siapapun yang berhenti belajar akan menjadi tua, layu, kedaluwarsa, dan merapatkan diri pada kebodohan. "Siapapun yang berhenti belajar artinya ia sudah tua, entah itu terjadi pada usia 20 tahun ataupun 80 tahun, " tulis Agus Santosa mengutip pernyataan Harvey Ullman. Jadi, bebaskanlah diri kita dari kebodohan dengan tetap belajar. Kita tidak hanya akan lebih pandai, prima dan fresh, hidup kita pun akan jauh lebih berkualitas.
Nah sahabat, itulah secuil isi buku terbitan Gramedia Pustaka Utama, tahun 2013. Jika ada sahabat yang penasaran untuk mengetahui keseluruhan isinya, silakan singgah di TB Gramedia, lalu bawa pulang buku bagus ini.
( I Ketut Suweca, 16 Maret 2013).