Saya masih teringat dengan pelajaran berharga dari salah seorangmentor saya di bidang tulis-menulis. Nama beliau: Widminarko. Beliaulah yang menjadi pembimbing saya tatkala dulu masih terlibat sebagai kontributor untuk tabloid (sekarang koran) TOKOH yang dipimpinnya. Banyak pelajaran yang saya peroleh dari beliau dalam tugas-tugas jurnalistik, terutama bagaimana menerapkan ekonomisasi kata, juga bagaimana melakukan interview terhadap narasumber/tokoh, mengarah pada pengembangan pokok bahasan yang sedang diperbincangkan. Uniknya, saat itu, beliau membimbing saya melalui telepon atau surat, bukan bertatap muka langsung, karena kami saling berjauhan. Beliau di Jakarta, saya di Bali.