Teringat ketika remaja dulu. Karena punya teman spesial di kota lain, saya sering berkirim surat. Bukan surat yang terketik rapi dengan menggunakan mesin ketik atau komputer, melainkan surat dengan tulisan tangan. Senang sekali rasanya menulis, meng-amplopi, dan membawa surat itu langsung ke kantor yang tak jauh dari rumah. Dengan prangko secukupnya, surat tersebut sudah tiba di tujuan dalam 2 sampai 3 hari. Menerima surat balasan dari si doi pun senangnya tak ketulungan, kala itu.