Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Ngebut Nabrak, Pelan Ditabrak!

29 Desember 2011   19:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:36 222 1

Tinggal dan menetap di salah satu kota sebagai penyangga Ibu Kota (Jakarta), angka pertumbuhan dan penyebaran penduduk di Kota Tangerang terbilang begitu cepat. Di tambah dengan tingkat mobilitas masyarakatnya yang cukup tinggi, sehingga mendorong mereka untuk memiliki sarana transportasi pribadi.

Salah satunya Sepeda Motor. Selain efisien, harga satu buah sepeda motor masih bisa dijangkau oleh sebagian besar masyarakat Tangerang yang mayoritas bekerja sebagai buruh Industri. Meskipun harus melalui proses pembelian secara kredit.

Saya sendiri sebenarnya tidak terlalu menyukai jika harus mengendarai sepeda motor. Selain itu, mengendarai sepeda motor di jalan-jalan raya (protokol) di Kota tangerang selalu menjadi momok yang kerap memacu adrenalin. Namun, apa daya? Bisa di bilang dengan “terpaksa,” saya pun harus menungangi satu-satunya kuda besi roda dua yang saya miliki. Hal itu saya lakukan demi sampai di tempat aktifitas. Alasan-nya cukup sederhana, untuk menghindari kemacetan dan biar hemat ongkos!

“Mungkin, jika ditanya tentang salah satu hal yang paling tidak di sukai, pasti dengan mantap saya akan menjawab, jika sedang mengendarai sepeda motor di jalan raya.”

Bukan tanpa sebab saya mengatakan demikian. Banyak alasan yang mendasari pernyataan saya itu, dan salah satunya adalah, bisa saya istilahkan dengan kalimat “Ngebut nabrak, pelan ditabrak!” Tidak saja dengan sesama pengendara sepeda motor yang mungkin merasa dirinya seperti Valentino Rossi, tetapi juga yang disebabkan oleh perilaku ugal-ugalan para sopir Angkot (Angkuta perkotaan) yang kian hari membuat saya semakin resah saja.

Bagaimana tidak? Contohnya beberapa hari lalu, seperti apa yang saksikan dengan mata kepala sendiri. Saat itu seorang pengendara sepeda motor terpaksa harus ter-serempet, atau memang sengaja di serempetsopir angkot. Namun yang pasti, dari pengamatansaya sopir angkot tersebut jelas-jelas salah, karena dengan tiba-tiba memotong jalur yang dilalui sepeda motor dengan kecepatan rendah(pelan) tersebut tanpa memberikan lampu sign terlebih dahulu,hanya demi seorang calon penumpang untuk nguber setoran. Alhasil, pengendara motor tersebut terpelanting jatuh. Meskipun tidak mengalami luka yang berarti, namun ia harus merelakan salah satu kaca spion motor-nya pecah dan body motornya tidak lagi mulus.

Lucunya, ketika si sopir angkot tersebut dimintakan pertanggungan jawab, ia malah ngotot bahwa yang salah adalah si pengendar motor. Memang saya tidak tahu hasil akhir dari perdebatan itu, namun sepertinya debat kusir berdurasi kurang lebih lima belas menit tersebut akan di menangkan oleh si sopir angkot.

Aneh memang, tapi memang begitu kenyataannya.(semoga kejadian seperti ini tidak terjadi kepada saya)

Jadi, jika saya boleh menyarankan, jangan sekali-sekali berkendara tepat dibelakang Angkot. Sebab Angkot itu sering berhenti atau menelikung mendadak, tidak akan ada yang tahu, kecuali Tuhan dan si sopir angkot.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun