Telaga yang jernih hingga ikan dan batu-batu kecilnya terlihat
Suara riak airnya yang menenangkan, mengayun mesra
Kita saling mereguk dengan hati buncah
Perjalanan yang selalu tiba-tiba sua
Selalu di tepian telaga, semacam semesta memanggil
Duduk berdekat-dekatan di bawah pohon yang daunnya menaungi
Semilir angin, seperti hendak hapus lelah yang menggores
Perjumpaan di tepian telaga, sekali hingga seribu kali
Selalu terulang tanpa kita perlu berjanji masanya
Dari segala penjuru kita berjumpa, tanpa disangka
Lalu saling mengulang ritual di tepiannya
Ah, nikmat mana yang bisa mengalahkan
Bila sebelumnya kita sepanjang waktu dalam pertarungan yang tak terjeda
Kecuali temu di tepian telaga yang memusnahkan luka dan duka
Memberi cahaya pada jiwa agar tetap dalam shirat yang lurus
Oh, bagaimana bisa sua sesaat saja mampu meremukkan duri-duri
Mengubahnya menjadi titik-titik pendar nyala
Setiap waktu mungkin jumpa berganti wajah, tapi rupa kecintaan tetaplah sama
Karena yang abadi hanyalah rupa-Nya