Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Membandingkan Kehadiran Smelter di Papua dan Sulawesi

15 Maret 2021   16:26 Diperbarui: 15 Maret 2021   16:45 568 3
Mengapa smelter begitu penting keberadaannya di Tanah Air?

Selama puluhan tahun negeri ini mengutamakan kegiatan ekspor SDA mentah ke luar negeri. Selama itu pula, kita sebagai pemilik kekayaan tersebut tidak kunjung sejahtera. Sebagaimana yang selama ini kita ketahui bersama tentang kisah kekayaan timur Indonesia, khususnya di tanah Papua, dengan PT Freeport Indonesia (PTFI) di dalamnya.

Meskipun 51 persen kepemilikan PTFI sudah dikuasai pemerintah Indonesia, namun rasanya belum cukup untuk meningkatkan perekonomian Sang Garuda. Maka dari itu, Pemerintah Indonesia menetapkan Undang-Undang No.4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara atau Minerba.

Melalui undang-undang inilah para pelaku industri tambang diwajibkan membangun fasilitas pemurnian dan peleburan mineral, atau yang dikenal dengan istilah smelter. Lewat adanya smelter, SDA yang dahulu hanya diekspor mentah, kini berbentuk barang jadi yang memiliki nilai berkali-kali lipat jika dibandingkan menjual barang mentah saja.

PTFI sebagai perusahaan pertambangan tentunya memiliki rencana untuk membangun smelter. Dilansir dari CNBC Indonesia, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ridwan Djamaluddin menjelaskan sampai saat ini realisasi pembangunan smelter tembaga PTFI baru mencapai 5,86 persen saja dimana targetnya yaitu 10,5 persen.

Dan, pemerintah mendorong PTFI agar smelter tersebut rampung di tahun 2023 setelah sebelumnya perusahaan tersebut mengumumkan adanya keterlambatan dalam proyek pembangunan smelter sekitar satu tahun menjadi tahun 2024 dikarenakan wabah coronavirus.

Indonesia Gandeng Tiongkok Membangun Smelter

Larangan ekspor bijih nikel di Indonesia bukan menjadi mimpi buruk bagi Tiongkok. Investor dari negeri tirai bambu tersebut justru mengulurkan tangannya. Morowali yang semula masih asing di telinga publik, kini semakin bersinar.

Tidak biasa, teknologi smelter yang dibangun di Morowali ini terbilang mampu mengelola pasir tambang dengan kadar nikel di bawah 1,7 persen. Bila ingin mencairkan pasir alam atau bijih nikel tentunya smelter yang digunakan harus dengan energi listrik yang optimal sekitar 1.000 sampai 4.000 derajat celcius dengan posisi yang stabil.

Dengan menggandeng investor Tiongkok, Pembangunan awal smelter di Morowali dilakukan pada awal 2014 dengan kapasitas 300 ribu nickel pig iron (NPI). Pembangunannya tidaklah mudah, apalagi di Indonesia sendiri smelter menjadi teknologi baru yang mau tidak mau harus mendatangkan tenaga kerja asing (TKA). Tujuannya agar terjadi transfer knowledge antara TKA ke pekerja lokal agar kelak muda-mudi Indonesia dapat mandiri dan mengembangkan teknologi tersebut tanpa harus mengandalkan TKA lagi.

Kehadiran TKA dan investor asing yang dinilai menjadi mimpi buruk, ternyata tidak demikian. Dilansir dari CNBC Indonesia pada Februari 2021 lalu, Deputi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto. Dirinya menyebutkan jumlah pekerja smelter nikel di Morowali, Sulawesi Tengah, dari total pekerja 45 ribu orang, sebanyak 41 ribu adalah tenaga kerja lokal, artinya 4 ribu lainnya dari TKA.

Intinya, tidak ada "penjajahan" di Indonesia. Peran pekerja lokal masih mendominasi dibandingkan TKA-nya. Kita jangan sampai terjebak pada jebakan adu domba, bahwa seakan-akan tenaga kerja Indonesia tidak mampu dan merendahkan kemampuan bangsa sendiri. Selain itu, nilai strategis dari industri ini berpengaruh besar bagi roda industri serta kemajuan negara ini

Seluruh kekhawatiran akan bantuan yang datang dari asing sudah seharusnya dihilangkan. Bayangkan saja kalau muda-mudi Indonesia bisa menguasai teknologi baru ini, bukankah perekonomian negeri dapat meningkat dan membuka peluang baru bagi tenaga kerja lokal?

Berangkat dari smelter dan SDA-nya, kita bisa menghasilkan baterai kendaraan listrik yang saat ini tengah menjadi kebutuhan dunia. Sejauh ini, sudah hilangkah rasa kekhawatiranmu? Sepatutnya nilai objektif tetap kita pegang teguh. Sudah tidak lagi kita berada pada situasi pro asing-aseng, atau anti Tiongkok & anti Amerika karena kita adalah bagian dari masa depan sebagai warga dunia yang tidak mengenal sekat pembatas.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun