Mohon tunggu...
KOMENTAR
Book Pilihan

Keindahan Konsistensi Tulisan Pramoedya Ananta Toer

19 Juni 2024   06:26 Diperbarui: 19 Juni 2024   06:43 105 5
Salah satu bentuk keindahan konsistensi adalah tulisan Pramoedya Ananta Toer dan perjuangannya di Pulau Buru. Entah berapa kali saya sering memuji dan menceritakan beberapa tulisannya kepada orang-orang di sekitar saya. Saya begitu antusias untuk menceritakan pemikirannya mengenai kehidupan manusia dan sejarah. Saya menyimpulkan tulisan - tulisan Pram selalu seperti itu, berangkat dari sebuah keresahan personal yang kemudian menggugah dirinya untuk masuk lebih dalam dengan analisa-analisa yang sangat tajam. Dia begitu sangat konsisten melalui buku-bukunya.

Salah satu bukunya berjudul Bumi Manusia, melalui sosok Minke yang membuka pikirannya satu demi satu pintu. Manusia yang mau menggali secara terus menerus keresahan di dalam batinnya. Hingga melahirkan gagasan yang sangat logis demi arti kemanusiaan itu sendiri.

Sosok Nyai Ontohsoroh juga tak pernah luput dari pikiran saya, sepertinya Pram ingin menyiratkan kehidupan "Nyai" yang pada saat itu dipandang sebelah mata bahkan direndahkan oleh banyak orang. Namun pribadi Nyai Ontosoroh sangat bertolak belakang dengan pandangan dan asumsi banyak orang. Dia bukan gundik seorang Belanda yang hanya hidup di atas kekayaan suaminya. Dia bahkan seorang ratu kewarasan yang begitu bijak, "berdiri di atas kaki sendiri" menjadi pondasi yang sangat kuat dalam hidupnya.

Perbedaan latar belakang Minke dan Nyai Ontosoroh sangat mencolok. Minke memiliki kesempatan untuk bersekolah, dari keluarga terpandang. Maka sangat wajar, dia memiliki kesempatan yang jauh lebih banyak dibandingkan Nyai Ontohsoroh yang bahkan tidak mengenyam bangku pendidikan. Namun Nyai Ontohsoroh juga tidak berhenti belajar, dia mempelajari banyak hal dan karakternya terbentuk begitu kuat. Pandangan hidupnya bahkan lebih luas dibandingkan Minke. Dari Nyai Ontohsoroh, Minke banyak belajar. Minke bertemu dengan beberapa orang yang membuka pikirannya bahwa manusia di tanah air Indonesia tidak lebih rendah dari manusia penjajah pada saat itu, bahwa ada yang namanya istilah kesetaraan. Memanusiakan manusia memiliki arti sangat dalam dan ini sangat penting. Bukan hanya pada saat masa penjajahan, namun untuk kehidupan saat ini.

Saya befikir "memanusiakan manusia" adalah sebuah bentuk penghargaan. Bagaimana kita memperlakukan orang-orang di sekitar kita. Bagaimana kita sebagai manusia melihat perbedaan di sekitar kita adalah sebagai bentuk kewajaran. Hal-hal seperti ini terkesan sangat kecil, namun dampaknya sangat besar. Sikap dan attitude yang kita pilih untuk orang lain ternyata mempengaruhi keberlangsungan hidup manusia. Buku Bumi Manusia menggugah kenyamanan saya sebagai manusia, saya harus terus belajar. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun