Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Switch Off 2014 dari Earth Hour Indonesia

7 April 2014   03:08 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:59 244 0

Memasuki tahun keenam pelaksanaannya, Earth Hour Indonesia telah melakukan berbagai KolaborAKSI “Ini Aksiku! Mana Aksimu?” sejak awal tahun 2014. Gerakan Earth Hour yang sebelumnya diinisiasi di 31 kota di Indonesia ini terus berkembang seiring dengan aksi-aksi yang dilakukan, seperti penanaman pohon Mangrove di pesisir Aceh Besar, pengelolaan sampah di Bandung, adopsi pohon di Desa Terong - Yogyakarta, adopsi koral di Bali Barat serta aksi tanam pohon untuk hijaukan hutan di kaldera Gunung Batur Kintamani di Denpasar, revitalisasi sungai (penanaman pohon bakau dan pembersihan sampah) di Samarinda, dan pengadaan kampung hijau dan sekolah satelit dalam skema "Makassar Creative City Movement" di Makassar.

Manfaat yang ditimbulkan oleh aksi-aksi tersebut membawa semangat bagi kota-kota lain di Indonesia untuk mulai menginisiasi gerakan Earth Hour. Di tahun 2014, tercatat ada 38 kota di Indonesia yang mendukung gerakan Earth Hour Indonesia yang terdiri dari Banda Aceh, Lhokseumawe, Padang, Pekan Baru, Palembang, Bengkulu, Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Cimahi, Sukabumi, Tasikmalaya, Purwakarta, Kuningan, Yogyakarta, Solo, Semarang, Surabaya, Malang, Kota Batu, Kediri, Sidoarjo, Denpasar, Mataram, Pontianak, Palangka Raya, Banjarmasin, Samarinda, Balikpapan, Sangata, Palu, Sorowako, Makassar, Kendari, dan Ambon. Dukungan kota-kota tersebut juga menjadikan Indonesia sebagai gerakan Earth Hour berbasis komunitas terbesar di dunia.

Tercatat ada lebih dari dua milyar orang di seluruh penjuru dunia ikut berpartisipasi dalam aksi Switch Off dengan mematikan lampu dan peralatan elektronik yang sedang tidak digunakan selama satu jam pada hari Sabtu, 29 Maret 2014 mulai dari pukul 20.30 sampai 21.30 waktu setempat, sebagai sebuah simbol dukungan terhadap penanggulangan penyebab dan dampak perubahan iklim lewat cara yang simpel dan murah.

Direktur Komunikasi dan Advokasi WWF-Indonesia, Nyoman Iswarayoga, mengungkapkan bahwa keberhasilan kampanye ini tidak diukur dari seberapa besar penghematan listrik yang dituai selama satu jam, melainkan amplifikasi perubahan gaya hidup ramah lingkungan dari program berkelanjutan yang ditargetkan untuk menjadi bagian dari perubahan di masing-masing kota.

“Kami percaya bahwa amplifikasi aksi oleh komunitas yang demikian luas akan berkontribusi pada tujuan awal Earth Hour, yaitu mengurangi dampak perubahan iklim. Sebuah gerakan perubahan akan efektif jika seluruh lapisan di masyarakat berkolaborasi, terutama orang-orang mudanya,” tambah Nyoman.

Earth Hour yang berawal di Sidney, Australia, ini dimulai pada tahun 2007 sebagai sebuah aksi serentak individu, komunitas, korporasi, dan pemerintah dalam upaya mengurangi laju pemanasan global dan dampak perubahan iklim. Hanya dalam kurun waktu tujuh tahun, gerakan Earth Hour telah berkembang menjadi aksi dengan jumlah partisipan terbesar di dunia. Tumbuh dari hanya 1 kota menjadi 7000 kota, dari 1 negara menjadi 158 negara di 7 benua, dan dari 2,2 juta menjadi lebih dari 2 milyar peserta di seluruh dunia, Earth Hour pun diakui sebagai kampanye lingkungan hidup terbesar dalam sejarah.

Di Indonesia, gerakan ini diadopsi pada tahun 2009 dan berawal dari kota Jakarta. Berkat intensitas kampanye di ruang publik dan interaksi media sosial yang dilakukan oleh WWF-Indonesia dan komunitas-komunitas pendukung, Earth Hour Indonesia mampu memobilisasi banyak kota di Indonesia untuk ikut serta dalam aksi perubahan gaya hidup.

Dalam aksi Switch Off yang menjadi puncak kampanye Earth Hour, berbagai lokasi dan organisasi turut berpartisipasi dengan menyelenggarakan selebrasi aksi mematikan lampu dan peralatan elektronik yang tidak terpakai. Sebagaimana yang dilakukan oleh seluruh negara peserta Earth Hour, pemadaman lampu harus diikuti oleh ikon-ikon bersejarah di setiap kota dan didukung oleh pemerintah setempat. Di tahun 2014, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tetap meneruskan komitmen mendukung Earth Hour dengan melakukan pemadaman lampu di 5 ikon kota Jakarta, antara lain di gedung Balai Kota Provinsi DKI Jakarta, Monumen Nasional, Bundaran Hotel Indonesia, Patung Arjuna Wiwaha, dan Patung Pemuda.

Di tingkat global, aksi Switch Off juga diikuti oleh berbagai ikon dunia, antara lain Empire State Building di New York, Tower Bridge dan St Paul’s di London, Edinburgh Castle di Skotlandia, Brandenburg Gate di Berlin, Eiffel Tower di Paris, Kremlin and Red Square di Moskow, Bosphorus Bridge yang menghubungkan Eropa dan Asia, Burj Khalifa di Dubai, Marina Bay Sands di Singapura, dan masih banyak lagi.

Yang berbeda di tahun ini dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, Earth Hour meluncurkan sebuah fitur bernama Earth Hour Blue yang meluncurkan 20 program inisiatif crowdfunding dari berbagai negara di dunia. Salah satu program crowdfunding yang sekarang tengah berjalan adalah “Power Up A Ranger” dari Indonesia, yaitu aksi penggalangan donasi secara online untuk perbaikan kualitas peralatan dan keselamatan kerja penjaga hutan dan laut di Indonesia.

Kampanye Earth Hour Indonesia 2014 sendiri juga didukung oleh mitra-mitra korporasi, seperti Mal Central Park, Weber Shandwick Indonesia, BFI Finance, Teh Kotak Thanks to Nature, Garuda Indonesia, Hotel Indonesia Kempinski, dan LINE. Para mitra ini telah menyatakan komitmen terhadap gerakan Earth Hour melalui partisipasi dalam aksi Switch Off dan secara sukarela mengajak rekanan, staf, konsumen, dan masyarakat dalam jejaring kelompok masing-masing perusahaan untuk berpartisipasi di Earth Hour 2014.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun