Mbak Mimin adalah seorang wanita muda yang cukup cantik dan sangat sexy. Dia istri simpanan seorang aparat penegak hukum yang tidak terlalu kaya, sehingga hanya mampu mengontrakkan sepetak rumah kecil di depan rumahku.
Suatu hari dia pernah curhat padaku. Katanya dia seringkali merasa hanya menjadi pelacur yang dibayar bulanan oleh laki-laki yang menikahinya secara siri. Karena menurut dia, seringkali suaminya hanya datang mengunjunginya kalau lagi PENGIN saja. Tak lebih dari dua-tiga jam, lalu pergi setelah puas melampiaskan hasrat. Itupun biasanya pada siang atau sore hari. Karena dia harus pulang ke rumah, agar istri tuanya tidak curiga kalau ternyata dia punya simpanan.
Kembali ke persoalan celana dalam mbak Mimin, karena tak tahan aku pernah berkata kepadanya: "mbak, mbok jangan suka pamer celana dalam di depanku! Masa mbak tega membuat bujangan seperti saya tegang setiap pagi."
Tapi biasanya dia cuma senyam-senyum saja, dan malah membuat perasaan dan pikiranku semakin tak karuan. "Apa sampean tega membuatku terus-terusan begini?"
Setelah beberapa kali kuprotes akhirnya mbak Mimin berkenan menjawab: "Kalau celana dalamku tidak kujemur di depan rumahku begini, mau dimana lagi? Apa boleh tak titipkan di didepan rumahmu? "
Wah, bisa tambah runyam kalau begitu! Aku cuma bisa cengar-cengir saja. Rumah kami memang hanya dipisahkan jalan setapak kecil.(E. SUDARYANTO)