masih ada, dua dayung di dalam perahu. Bawalah pergi satu dan tinggalkan satunya untukku.
Jika yakinmu adalah pergi, takkan kupegangi tanganmu, takkan kusangkal lagi lara sendiri.
Ah sudahlah, dayung saja perahunya. Lebih cepat pergimu, lebih cepat pula aku tak melihatmu.
Berhati-hatilah, mungkin ombak sedang tak bersahabat. Jangan sampai perahumu koyak, jangan sampai kalah oleh riak-riak.
sungguh, masih ingin kujaga dirimu, hatimu pun. Tapi inginmu sudah berbeda.
Ah, lanjutkan dayungmu. Jauh menjauh dan tetaplah tak acuh.
Di pantai ini, akan kujaga doa supaya bahagia juga milikmu, tetap milikmu dan aku.
Biar kusimpan dayung yang kau tinggal. Takkan kupakai lagi, biar utuh.
Jika nanti sampai di seberang, temukan bahagia yang lebih dari aku. Jika tidak, bahagiakan dirimu sendiri.
Atau berbincanglah denganku, akan kujawab resahmu, kutenangkan. Meski tak bisa berpelukan.
Bukankah kebahagiaanmu masih tanggung jawabku, sebagai kenanganmu?
Begitulah adaku kini. Hati yang bermain pasir di tepi pantai. Bersama karang melagu kenangan.
Jika nanti akhirnya aku mengayuh dayung lagi, bukan berarti aku melupamu. Berpikirlah bahwa bahagia sudah berpihak padaku.
Sekali lagi, menepilah di dermaga dengan kebahagiaan. Jangan lempar jangkar bila ragu di genggaman.
Yakinkan dulu itu bahagiamu. Seperti aku meyakinkan langkahku kini. Apalagi.
Kini tak ada lagi perahu bertajuk kita.
Perahu kita selesai..