tapi sekarang aku ingin menulis sebuah puisi
khusus untukmu
Karena aku merindukanmu
Sudah berapa lama rasanya
sejak terakhir kali kita bertemu
Bagaimana kabarmu di sana?
Baik?
Terkadang aku hanya dapat merenung
sambil memandang cerahnya langit
yang ditemani awan yang berarak,
sambil kubergumam,
"Kapankah kita bisa bertemu lagi?"
Jujur dan serius,
Aku merindukanmu
Aku merindukan suaramu di pagi hari
yang terkadang menghalangi keinginanku
untuk pergi meninggalkan rumah
Aku rindu untuk melihatmu di siang hari
yang selalu menghalangiku untuk pulang
dari tempat kerjaku
Aku merindukan sosokmu di sore hari
yang menemaniku makan singkong
sambil menyeruput secangkir teh manis
Apakah kau masih akan datang seperti dahulu,
untuk menemaniku di malam hari
ketika aku ingin tertidur
dan kau menemaniku terlelap
Hubungan antara kita begitu rumit
Dalam bahasa inggris sepertinya lebih keren terdengar:
Complicated
Ketika aku berada di rumah
dan kau berada di luar,
aku hanya bisa mendengar suaramu
dan melihatmu dari balik kaca jendela
Ketika kita bertemu di jalan
aku hanya bisa berlari menghindar darimu,
Mungkinkah aku malu?
Atau segan?
Atau mungkin lebih tepatnya takut
Bukan takut padamu
tapi takut akan apa yang terjadi padaku
Aku hanya mampu melihat dirimu dari kejauhan
di bawah atap
Atau dari bawah pohon
Ketika di atas kendaraan
di jalan macet penuh sesak nan padat merayap
dan dirimu datang padaku,
aku hanya bisa pasrah menerima kehadiranmu
dan bersyukur kepada yang mendatangkanmu
ke dunia ini.
Meskipun setiap kali kamu datang
Kadang-kadang ada sesuatu
yang tidak menyenangkan yang terjadi
Sehingga ada yang bertanya-tanya,
Kau ini anugrah atau musibah?
Tapi saya selalu tahu bahwa dirimu
yang sebenarnya adalah anugrah dari Ilahi
Saya selalu terpikir
Sepertinya bukan hanya aku yang merindukanmu
Mungkinkah di sana
ada orang lain yang merindukanmu?
Atau mungkinkah kamu telah datang
kepada mereka terlebih dahulu
Kepada mereka-mereka yang merindukanmu juga
Wallahu a'lam
Allah yang lebih tahu
Di bawah cahaya mentari ini,
Di tengah cuaca yang terik ini,
Aku merindukanmu, Hujan.
________
Di bawah terik mentari
Makassar, 30 September 2015
(Alhamdulillah, masih ada atap
yang memisahkan diriku dan teriknya)