Gontor terhampar di bawah cahaya rembulan.
Sunyi ia hadir dalam gemuruh jiwa,
Menyapu catatan indah dalam alunan kata.
Di sanalah merajut makna menjadi kebanggaan,
Bulan berdiam, memandangi guratan bait-bait tersenyum.
Penuh hikmah terawang dalam gelap malam,
Gontor menjelma sebagai pemburu bintang paling jauh.
Segenap hati bernaung di bangunan pondok,
Para santri menjalin ikatan dalam sunyi yang tiada terduga.
Mereka berdiam, merayap dalam ruang tak terasa,
Mengais hikmah dari setiap laku perilaku dan pergaulan.
Dalam kala sunyi tumbuh jiwa-jiwa abadi,
Berkolaborasi dalam ilmu pengetahuan dan tiada senantiasa.
Bersimpuh, menghadap Tuhan yang Maha Esa,
Mencoba ikhlas dalam segala cobaan hidup yang melanda.
Tak ada cerita yang terlupakan,
Bila mahasiswa hadir dalam goresan pena.
Karya terpampang dalam persembahan hati,
Mengurai segala duka dan senyum dalam suasana tenang yang hadir.
Di Gontor, sunyi merajut makna dalam halus,
Jarak menjadi dekat dan hati menjadi terhubung.
Ilmu terukir dalam sanubarimu,
Mengalir dalam darah, menuai bahagia dan pesona.
Kala sunyi menjadi tonggak kemerdekaan,
Memancar dalam gontoran yang tidak pernah padam.
Makna yang makin terjalin bersama,
Mengajakmu dalam perjalanan yang takkan pernah terbantahkan.
Selamanya Gontor menjadi pelita,
Dalam kala yang beku ia hadir menerangi.
Merajut makna, mengurai benang-benang dunia,
Gontor, tetaplah meniti jalan menuju cahaya.